Kondisi tak menentu, 3 negara ini sampai kena krisis ekonomi
Negara-negara ini sedang mengalami krisis parah, sampai Indonesia terkena imbasnya
Beberapa negara di dunia sedang mengalami krisis ekonomi. Penyebabnya beragam, mulai dari masalah dalam negeri maupun masalah dengan negara lain. Krisis negara-negara ini bisa berimbas ke negara berkembang. Salah satunya Indonesia.
Lalu negara mana saja yang mengalami krisis ekonomi? Seperti apa imbasnya ke Indonesia? Berikut ulasannya, seperti dikutip merdeka.com dari berbagai sumber:
-
Siapa yang dikabarkan mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Apa penyebab utama devaluasi mata uang Indonesia? Dalam tujuh tahun terakhir, mata uang Indonesia belum mengalami perbaikan yang berarti. Faktor-faktor yang menyebabkan devaluasi mata uang Indonesai di antaranya adalah berkurangnya cadangan devisa. Mengingat Indonesia sangat bergantung pada pasar ekspor, jatuhnya harga komoditas telah semakin menurunkan nilai mata uangnya.
-
Bagaimana Pertamina menghadapi dampak fluktuasi kurs dolar terhadap utang luar negeri? Erick mengatakan BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dolar AS agar mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi dampak fluktuasi kurs.
-
Kapan Ayat Seribu Dinar turun? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya.
-
Kenapa Presiden Sukarno merasa kesulitan keuangan? "Adakah seorang kepala negara lain yang melarat seperti aku hingga sering meminjam uang dari ajudan?' kata Sukarno. "Dalam hal keuangan aku tidak mencapai banyak kemajuan sejak zaman Bandung," tambahnya.
-
Kenapa devaluasi mata uang bisa menyebabkan inflasi? Ketika ini terjadi, harga impor menjadi lebih mahal, karena mata uang lokal nilainya berkurang.
Krisis Argentina
Argentina mengalami krisis keuangan yang bisa menghambat aliran modal, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Karena pasar keuangan berpotensi berpengaruh.
"Finansial market cukup besar karena pengaruhi arah aliran modal. Capital modal itu pengaruh banget dengan sentimen suku bunga dan kondisi ekonomi," kata Ekonom Senior Bank Mandiri, Andry Asmoro.
Krisis keuangan di Argentina disebabkan karena beberapa faktor, terutama indikator makro ekonomi Argentina yang sangat buruk. Selain rasio defisit transaksi berjalan terhadap GDP yang tinggi, pada kuartal II 2018 Argentina mencatat inflasi sebesar 23,17 persen. Sedangkan angka pertumbuhan ekonomi hanya 3,6 persen.
Indonesia paling terkena imbasnya. Krisis Argentina ini mengurangi minat investor untuk berinvestasi pada pasar negara berkembang yang berisiko, di mana ini mendorong para investor pindah ke tempat yang relatif aman di pasar negara maju. Nah, Indonesia adalah salah satu dari beberapa pasar negara berkembang di Asia yang mengalami defisit transaksi berjalan.
Menurut data terbaru, defisit itu melesat ke titik tertinggi dalam empat tahun. Defisit ekonomi bergantung pada aliran masuk asing untuk membiayai kebutuhan impor mereka, membuat mereka rentan terhadap penurunan sentimen dan arus keluar yang tajam.
Krisis Turki
Krisis Turki terjadi karena masalah dengan Amerika Serikat. Sumber masalah berawal dari ditolaknya pembebasan Pastor AS Andrew Brunson yang tersangkut kasus terorisme di Turki, yang kini menjadi tahanan rumah.
Sejak saat itu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS akan menaikkan tarif atas impor baja dan aluminium ke negara itu. Imbasnya, mata uang Turki Lira merosot tajam. Selain itu, ambruknya nilai mata uang Turki karena para investor takut Amerika Serikat akan menjalankan sanksi-sanksi ekonomi.
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, pelemahan nilai tukar Lira milik Turki tidak hanya akan berdampak kepada nilai tukar Rupiah. Tetapi akan berdampak kepada nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya. Namun imbasnya ke Indonesia tidak sampai mengkhawatirkan.
Krisis Venezuela
Krisis Venezuela sudah terjadi sejak empat tahun lalu. Venezuela dikenal sebagai negara yang kaya minyak, namun kini mengalami inflasi parah atau dikenal hiperinflasi.
Krisis berawal dari anjloknya harga minyak dunia hingga 45 persen. Dari tahun 2014 sampai 2016, Venezuela mulai mengalami krisis ekonomi, bahkan tingkat pertumbuhan ekonominya kurang dari 15 persen. Tahun 2017, Venezuela mengalami hiperinflasi sebear 8.900 persen. Hiperinflasi meningkat pada Juli sampai Agustus 2018 sebesar 65.000 sampai 83.000 persen.
Menghadapi kondisi ini, Presiden Venezuela Nicolás Maduro membuat mata uang baru bernama Bolivar Sovereign. Mata uang ini memangkas lima nol dari belakang. Keesokan harinya, Devaluasi Bolivar sebesar 96 persen. Akhirnya, Bank Sentral menetapkan 68,65 Bolivar/1 Euro. Jika diubah menjadi kurs dollar AS, 248 ribu Bolivar (VEF) = 1 USD.