Kota Bantaeng bakal dibangun terminal gas alam cair senilai Rp 7,5 T
Terminal gas alam cair ini akan dibangun di kawasan industri Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Perusahaan swasta nasional, PT Pasifik Agra Energi menanamkan investasi sebesar Rp 7,5 triliun untuk membangun terminal penerimaan gas alam cair yang terintegrasi di Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan. Awal dari pembangunan terminal gas terintegrasi itu ditandai dengan seremoni penandatangan nota kesepahaman atau Memorandum of Undestanding (MoU) di Ruang Kerja Bupati Bantaeng pada 20 Mei 2016.
Penandatangan MoU dilakukan Direktur Utama Perusahaan Milik Daerah (Perusda) Bajiminasa Bantaeng, M Taufik Fachtuddin dan Presiden Direktur PT Pasifik Agra Energi, Westana H Wiraatmadja dan disaksikan oleh Bupati Bantaeng, HM Nurdin Abdullah.
-
Dimana lokasi semburan gas tersebut? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
-
Bagaimana semburan gas di Bogor terjadi? Semburan tersebut muncul setelah para pekerja hendak menghentikan pencarian sumber air baru. Saat itu mereka merasa putus asa, dan hendak membereskan alat. Di tengah suasana itu, tiba-tiba semburan kencang dengan suara gemuruh muncul di lokasi hingga menghebohkan orang di sana.
-
Kapan semburan gas itu terjadi? Disampaikan jika kejadian tersebut berlangsung pada Rabu (11/10) sore hari setelah aktivitas kegiatan penggalian dihentikan.
-
Kenapa semburan gas itu muncul? Pihak berwenang pun masih mencari tahu penyebab munculnya semburan tersebut secara tiba-tiba.
-
Kenapa BPH Migas mendorong pemanfaatan gas bumi? Dalam rangka turut menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon, dan mengatasi perubahan iklim, BPH Migas terus mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi melalui pipa.
-
Kenapa perut keroncongan saat ada gas berlebih? Jika jumlah gas lebih banyak daripada cairan dalam sistem pencernaan, suara tersebut akan terjadi.
Usai penandatanganan MoU diserahkan izin prinsip sebagai bukti bahwa Pemerintah Bantaeng memberi izin kepada PT Pasifik Agra Energi untuk menanamkan investasi di Kawasan Industri Bantaeng. Dalam kesepakatan MoU itu dijelaskan Perusda menjadi perusahaan yang menyalurkan gas kepada pasar dan pembangkit listrik sedangkan Agra menyediakan gas alam cair dari dalam dan luar negeri.
Direktur Utama Agra Energi Westana H Wiraatmadja menjelaskan sejak Februari 2016, bersama dengan perusahaan energi dari Jepang, telah memulai studi kelayakan dan akan rampung pada Agustus 2016.
"Setelah Agustus kami mulai dengan design enjiniring lalu dilanjutkan dengan konstruksi. Selain untuk kawasan industri, Kami juga akan mengisi pasar Indonesia bagian tengah dan bagian timur," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/5).
Dalam proyek ini, Pasifik Agra Energi akan membangun stasiun penerimaan gas terintegrasi pertama di Indonesia, antara LNG, gas dan utilisasi energi dingin dari proses regasifikasi LNG.
Direktur Utama Perusahaan Milik Daerah (Perusda) Bajiminasa Bantaeng, M Taufik Fachtuddin sangat optimis, dengan adanya terminal gas ini, akan semakin mempercepat tumbuhnya industri di Bantaeng. Perusahaan ini, untuk tahap pertama membutuhkan lahan 20 hektare dari 50 hektare total lahan yang diperlukan.
Menurut Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah, kalau pembangunan terminal gas terintegrasi ini selesai, banyak hal yang bisa dilakukan.
"Terminal gas ini bisa mendukung pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar gas. Pemerintah bisa menyiapkan infastruktur untuk menjadikan Bantaeng sebagai city gas," jelas Nurdin.
Kemudian, kata dia, pemerintah Bantaeng akan membangun jaringan pipa-pipa gas ke rumah-rumah warga dan Perusda menyalurkan gas untuk kebutuhan bahan bakar rumah tangga.
Baca juga:
Pertamina EP salurkan gas sebanyak 50 MMSCFD ke Donggi Senoro
Arab saudi serius bangun kilang minyak di Cilacap
4 Perusahaan penjual gas bumi terancam sanksi ESDM
Iran siap kirim minyak mentah 200.000 barel per hari ke Indonesia
Jokowi keluarkan aturan anyar jika harga gas bumi lewati USD 6/MMBTU
Harga minyak murah, pusat logistik berikat diminta dioptimalkan