KPPU Disarankan Selidiki Kasus Hilangnya Tiket AirAsia di Sejumlah OTA
Sewajarnya OTA ada regulator teknis yang mengatur layaknya ride-hailing dimana mulai ditata oleh Kementrian Perhubungan (Kemenhub) bersinergi dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diminta untuk menyelidiki kasus hilangnya tiket AirAsia di Online Travel Agent (OTA) atau agen travel online seperti Traveloka dan Tiket.com
"KPPU harus selidiki kasus ini. Kalau terkait dengan kompetisi itu KPPU bisa masuk, tanpa harus ada pelaporan," kata Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi kepada di Jakarta, Selasa (19/3).
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang terjadi pada penerbangan Batik Air rute Makassar ke Jakarta yang membuat penumpang panik? Dalam video tersebut terlihat pesawat dalam kondisi gelap dan disebutkan sistem air conditioner (AC) juga mati.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Siapa saja maskapai di Indonesia yang mengoperasikan Airbus A320? Di Indonesia, maskapai yang mengoperasikan keluarga A320 antara lain Indonesia AirAsia, Citilink, Pelita Air, TransNusa, dan Lion Group (oleh Batik Air dan Super Air Jet)).
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
Dia menuturkan, kompetisi memberikan banyak keuntungan, seperti persaingan dalam hal harga, kualitas layanan, maupun wilayah layanan.
"Kompetisi harus dijaga. Jika ada gelagat persaingan tidak sehat, untuk menjamin kompetisi maka KPPU harus turun tangan. Kecuali masalah ini cepat dapat diselesaikan," ucapnya.
Menurut Heru, turunnya KPPU ke raibnya inventori di OTA hal yang harus dilakukan karena saat ini bisnis yang dijalankan startup tersebut tak memiliki regulator yang jelas.
"Di Indonesia ini OTA siapa yang atur? Kominfo, Kemenpar, atau Kemenhub? Gak jelas. Karena selama ini dibiarkan lebih ke Business to Business (B2B), harapan ya KPPU masuk," katanya.
Menurut Heru, sewajarnya OTA ada regulator teknis yang mengatur layaknya ride-hailing dimana mulai ditata oleh Kementrian Perhubungan (Kemenhub) bersinergi dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Data ShopBack menunjukkan volume pemesanan online travel menunjukan pertumbuhan yang luar biasa di tahun 2018, dengan peningkatan hingga 260 persen di mana rata-rata uang yang dikeluarkan untuk belanja berkisar Rp 6,7 juta hingga- Rp 6,9 juta. Nilai bisnis OTA yang dikeluarkan Google dan Temasek dalam 'e-Conomy SEA 2018 Southeast Asia’s internet economy' pada 2018 sebesar USD 8,6 miliar di 2018 dan menjadi USD 25 miliar pada 2025.
"Aturan main dan regulator teknis itu penting, tak hanya melindungi OTA, tetapi juga mitranya sebagai pemilik inventory dan pengguna," tutupnya.
Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meminta kepada manajemen AirAsia untuk melaporkan secara langsung terkait dugaan persaingan usaha tidak sehat yang disebabkan oleh penyedia jasa lainnya.
"Kami minta kepada pihak AirAsia agar tidak bermain wacana pada ranah publik jika ada dugaan pelanggaran, maka laporkan ke KPPU," ujar Komisioner KPPU, Guntur Syahputra Saragih seperti dikutip Antara Makassar.
Menurut dia, dugaan intervensi oleh pesaing atau kompetitor kepada agen perjalanan online seperti Traveloka dan Tiket.com terkait menghilangnya AirAsia dari kanal penjualan perlu dibuktikan.
"Memang beberapa pekan ini hangat-hangatnya mengenai AirAsia yang hilang dari kanal Traveloka dan Tiket.com. Jika memang pengakuannya ada intervensi dan itu bentuk persaingan usaha tidak sehat, maka laporkan," tegasnya.
Sebelumnya, media online yang selama ini memiliki reputasi di dunia travel global, Skift.com ikut menulis dan meneliti mengenai permasalahan di bisnis travel online di Indonesia. Skift.com menurunkan artikel dengan judul 'Did AirAsias Rivals Arm-Twist Online Travel Agencies to Stop Selling Its Low Airfares?'.
Dalam artikel itu, Skift.com menduga adanya campur tangan dari pesaing AirAsia di dalam hilangnya tiket maskapai itu di sejumlah aplikasi pencarian dan pembelian tiket lokal, tak hanya Traveloka. Skift menuding Garuda Indonesia dan Lion Air mendorong aplikasi untuk tidak menjual tiket dari AirAsia.
"Kami mengamati melalui pesan media sosial, di mana pelanggan menanyakan tidak tersedianya penerbangan AirAsia. Di Traveloka direkomendasikan memesan tiket maskapai lain," ucap Presiden Direktur AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan dikutip dari Skift.
Traveloka menjawab tudingan tersebut karena adanya pemeliharaan sistem. Namun, ketika ditanya Skift mengenai kenapa cuma AirAsia yang terdampak pemeliharaan sistem ini, pihak Traveloka tidak bisa berkomentar lebih jauh. "Kami tidak dapat berkomentar lebih jauh tentang ini karena kami masih berusaha untuk menjangkau mereka (AirAsia). Dan kita harap mengarah pada solusi terbaik bagi kita semua," kata pihak Traveloka dalam sebuah pertemuan di Indonesia.
Direktur Humas Traveloka, Sufintri Rahayu mengakui adanya pertemuan antara Traveloka dan AirAsia minggu lalu namun dia menolak membicarakan hasil pertemuan.
(mdk/idr)