Airbus Pecat Ribuan Karyawan Divisi Pertahanan dan Antariksa
Keputusan PHK diambil akibat kondisi bisnis yang rumit, yang dipengaruhi oleh berbagai tantangan seperti meningkatnya biaya dan perubahan cepat.
Airbus mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau memecat 2.500 karyawan di divisi pertahanan dan antariksa.
Menurut laporan dari CNN Business, perusahaan yang berbasis di Belanda ini menjelaskan bahwa keputusan PHK diambil akibat kondisi bisnis yang rumit, yang dipengaruhi oleh berbagai tantangan seperti meningkatnya biaya dan perubahan cepat di tingkat global.
Proses PHK ini direncanakan akan selesai pada pertengahan tahun 2026, namun Airbus belum menginformasikan lokasi spesifik di mana PHK akan dilaksanakan, yang mencakup sekitar 1,7 persen dari total tenaga kerja mereka.
CEO Airbus Defence and Space, Mike Schoellhorn menyatakan bahwa divisi tersebut telah menghadapi situasi bisnis yang sangat menantang, termasuk gangguan pada rantai pasokan, perubahan cepat dalam taktik peperangan, dan tekanan biaya yang meningkat akibat batasan anggaran.
PHK ini merupakan bagian dari upaya restrukturisasi yang lebih besar untuk menjadikan unit tersebut lebih efisien, cepat, dan kompetitif.
Pengumuman ini terjadi di tengah transformasi industri pertahanan dan antariksa secara global, yang membawa tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan.
Meskipun diharapkan dapat memanfaatkan lonjakan permintaan, perusahaan-perusahaan besar seperti Airbus menghadapi persaingan yang ketat.
Analis mencatat bahwa sejumlah perusahaan baru telah muncul sebagai alternatif bagi pemasok tradisional dalam pengembangan dan penyebaran kemampuan 'generasi berikutnya' yang lebih cepat.
Cathay Pacific Hentikan Operasi Belasan Pesawat Airbus
Proses inspeksi yang dilakukan oleh Cathay Pacific Airways dimulai pada Senin, 2 September 2024, dan selesai pada Selasa, 3 September 2024. Hasilnya, 15 unit pesawat Airbus A350 harus dikandangkan karena perlu penggantian komponen mesin.
Insiden ini berawal dari kerusakan mesin yang dialami oleh pesawat Airbus A350 yang menuju Zurich pada tanggal 2 September 2024.
Pesawat tersebut terpaksa kembali ke landasan pacu di Hong Kong setelah satu jam terbang. Menurut laporan dari Chanel News Asia pada Rabu (4/9/2024), Aviation Herald, sebuah publikasi tentang keselamatan penerbangan, menyebutkan bahwa pesawat tersebut berbalik arah setelah sistem kokpit memberikan peringatan adanya kebakaran di salah satu dari dua mesin Rolls-Royce XWB-97.
Setelah melakukan pemeriksaan rutin dan menggunakan alat pemadam kebakaran, kru pesawat membuang bahan bakar dan kembali ke pangkalan.
Seorang sumber menyatakan bahwa dugaan kebocoran pada sistem bahan bakar memicu kebakaran mesin yang segera dipadamkan oleh awak pesawat.
Hingga saat ini, belum ada indikasi bahwa insiden ini akan menyebabkan tindakan regulasi yang signifikan terhadap armada A350, tambah sumber tersebut.
Harga Saham Anjlok
Insiden tersebut menyebabkan saham Rolls-Royce, produsen mesin asal Inggris, mengalami penurunan drastis pada awal pekan ini. Namun, pada hari berikutnya, saham tersebut pulih seiring meredanya kekhawatiran pasar, dengan beberapa analis menganggap penjualan saham itu sebagai langkah yang berlebihan.
Saham Rolls-Royce mengalami kenaikan sebesar 2,4 persen dan menjadi salah satu dari peraih keuntungan tertinggi di indeks blue-chip FTSE 100 di London.
Cathay Pacific melaporkan bahwa tiga dari 48 pesawat yang menggunakan mesin Rolls-Royce yang telah diperiksa sudah diperbaiki dan diperkirakan akan kembali beroperasi pada Sabtu, 7 September 2024.
Maskapai yang berlokasi di Hong Kong ini terpaksa membatalkan setidaknya 34 penerbangan pulang pergi akibat gangguan pada armadanya.