Meski Kantongi Cuan Rp 156 Triliun, Perusahaan ini Tetap PHK 5.500 Karyawan
Cisco mengumumkan PHK 5.500 karyawan meskipun mencatat keuntungan besar. Alasannya untuk investasi lebih besar di bidang AI.
Meskipun mencatatkan keuntungan sebesar USD10,3 miliar tahun lalu atau Rp 156 triliun, raksasa teknologi Cisco tetap mengambil langkah untuk memberhentikan 5.500 karyawannya. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk meningkatkan investasi di bidang kecerdasan buatan (AI). Hal itu seperti dikutip Futurism dari laporan SFGATE, Minggu (18/8).
Cisco bergabung dengan deretan perusahaan lain seperti Microsoft dan Intuit, pembuat TurboTax, yang menggunakan AI sebagai alasan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja massal. Pengumuman mengenai PHK di Cisco ini muncul dalam sebuah pemberitahuan yang diajukan ke Securities and Exchange Commission (SEC) pekan ini, yang berdampak pada tujuh persen dari total tenaga kerjanya.
Dalam sebuah pernyataan singkat, CEO Cisco, Chuck Robbins, menyebut kata "AI" sebanyak lima kali. Bisa diartikan dia menekankan upaya perusahaan untuk tetap bersaing dalam perlombaan AI yang sedang berlangsung.
Pada awal tahun 2024, Cisco juga melakukan PHK terhadap 4.000 karyawan atau lima persen dari total tenaga kerjanya. Mereka berdalih bahwa perusahaan ingin menyelaraskan kembali organisasi dan memungkinkan investasi lebih lanjut di area prioritas utama.
Singkatnya, perusahaan-perusahaan tidak lagi menyembunyikan optimisme mereka untuk menggantikan tenaga kerja manusia dengan AI. Sebuah kenyataan yang sulit bagi mereka yang ingin mempertahankan pekerjaan yang stabil. Namun, apakah langkah ini akan berhasil dalam jangka panjang masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.
Meskipun banyak perusahaan menggunakan AI sebagai alasan publik untuk upaya restrukturisasi mereka, para ahli tetap skeptis dan berpendapat bahwa teknologi tersebut sering digunakan sebagai kedok.
"Melawan robot adalah cerita penutup yang bagus," kata ekonom dan ilmuwan data dari Universitas Oxford, Fabian Stephany, kepada Business Insider awal tahun ini.