Perusahaan Jepang Ini Ciptakan AI untuk Dijadikan sebagai Ilmuwan, Bisa Buat Inovasi Baru Kalahkan Manusia
Sakana AI memperkenalkan "AI Scientist" yang mampu melakukan seluruh proses penelitian ilmiah secara otomatis. Mulai dari ide hingga publikasi hasil penelitian.
Penelitian Artificial Intelligence (AI) kini berkembang ke arah yang memungkinkan AI melakukan penelitian secara mandiri. Teknologi tersebut dilatih menjadi selayaknya “ilmuwan”. Inilah yang kemudian diimpikan oleh perusahaan Jepang bernama Sakana AI.
Mengutip TechRadar, Jumat (16/8), mereka mengklaim telah menciptakan "AI Scientist" pertama di dunia. Model AI generatif ini dirancang untuk melakukan penelitian ilmiah secara otomatis dan bisa menghasilkan penemuan inovatif yang lebih cepat dibandingkan manusia.
-
Siapa yang mengembangkan AI ini? Para peneliti di Denmark menggunakan data dari jutaan individu untuk membangun model yang dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan, mulai dari kesehatan hingga kehidupan sosial.
-
Siapa yang menciptakan Robot AI? Para ilmuwan dari Technical University of Denmark (DTU), menciptakan model AI yang bernama Life2vec.
-
Siapa yang membuat AI ini? Malas menemukan Project December–sebuah alat AI yang dirancang untuk 'mensimulasikan orang yang telah meninggal'.
-
Apa yang dilakukan teknologi AI? Mengutip DailyMail, Jumat (6/9), dokumen ini menunjukkan bahwa perusahaan seperti Facebook, Google, dan Amazon mungkin menggunakan teknologi ini untuk menargetkan iklan kepada konsumen. Menurut presentasi yang bocor ini, perangkat lunak tersebut mampu menangkap data niat konsumen secara real-time dan mencocokkannya dengan data perilaku untuk membuat iklan yang lebih relevan.
-
Apa yang dibuat oleh AI? Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, baru-baru ini membagikan sebuah video pertunjukan fashion show yang dihasilkan oleh AI, menampilkan berbagai pemimpin dunia dan tokoh teknologi terkemuka.
-
Mengapa AI ini diciptakan? Mereka menjadikan teknologi AI sebagai alat bantu komunikasi bagi orang-orang yang tidak dapat berbicara karena sakit seperti stroke atau lumpuh.
Sakana AI bekerja sama dengan Universitas Oxford dan Universitas British Columbia untuk merancang AI Scientist ini. AI Scientist dikatakannya mampu meniru seluruh proses penemuan ilmiah, mulai dari menghasilkan ide, merancang dan menjalankan eksperimen, hingga menulis makalah ilmiah lengkap untuk dipublikasikan.
Sakana juga mengklaim bahwa model ini bisa menghasilkan makalah penelitian lengkap hanya dengan biaya sekitar USD15 atau Rp 236 ribu.
Prosesnya dimulai dengan memberikan subjek yang luas dan akses ke data. Kemudian, AI dapat meninjau penelitian sebelumnya, mencari pertanyaan yang belum terjawab, dan merancang eksperimen berdasarkan ide-ide tersebut. Bahkan, AI ini dapat menyempurnakan idenya berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
Sejauh ini, AI Scientist telah menghasilkan teknik-teknik baru yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi untuk berbagai model bahasa dan ide-ide untuk menganalisis bagaimana sebuah model berkembang selama pelatihan.
"Sakana menjelaskan dalam sebuah postingan blog bahwa AI Scientist mengotomatisasi seluruh siklus penelitian, dari menghasilkan ide penelitian baru, menulis kode yang diperlukan, menjalankan eksperimen, hingga merangkum hasil eksperimen, memvisualisasikannya, dan menyajikan temuan-temuannya dalam sebuah manuskrip ilmiah lengkap,” tuturnya.
"Kami percaya ini adalah awal dari era baru dalam penemuan ilmiah: membawa manfaat transformasional AI ke seluruh proses penelitian, termasuk penelitian AI itu sendiri," tambah postingan blog itu.
Sakana bukan satu-satunya perusahaan yang melihat potensi AI untuk melakukan penelitian secara mandiri. Salah satunya OpenAI. Rumor tentang proyek OpenAI yang disebut Strawberry menunjukkan bahwa pembuat ChatGPT ini mungkin juga akan meluncurkan model AI yang mampu melakukan penelitian sendiri.