Airbus Pecat 2.000 Karyawan untuk Efisiensi Perusahaan
Pengurangan tenaga kerja ini merupakan bagian dari strategi global yang akan mengurangi lebih dari 2.000 karyawan.
Airbus, perusahaan pembuat pesawat terkemuka dari Eropa, berencana untuk mengurangi sekitar 477 posisi karyawan di Inggris sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.
Menurut laporan dari BBC , pengurangan tenaga kerja ini merupakan bagian dari strategi global yang akan mengurangi lebih dari 2.000 karyawan, yang setara dengan sekitar 5 persen dari total tenaga kerja mereka, hingga pertengahan tahun 2026.
Airbus menyatakan bahwa sebagian besar posisi yang terpengaruh tidak terkait langsung dengan proyek tertentu dan pemutusan hubungan kerja yang wajib tidak direncanakan.
"Kami akan bekerja dengan mitra sosial untuk meminimalkan dampak dan menggunakan semua langkah sosial yang tersedia," ungkap perusahaan tersebut.
Pengurangan yang signifikan akan terjadi di sektor bisnis luar angkasa Airbus, di mana sebanyak 1.128 pekerjaan akan hilang secara global.
Selain itu, dampak juga akan dirasakan di kantor pusat, departemen kekuatan udara, serta departemen intelijen terkait. Berikut adalah rincian jumlah pekerjaan yang akan dipangkas berdasarkan negara:
- Jerman: 689
- Prancis: 540
- Inggris: 477
- Spanyol: 303
- Negara lain: 34
Langkah ini diambil setelah laporan keuangan terbaru Airbus menunjukkan penurunan laba sebesar 22 persen, menjadi USD 2,25 miliar, meskipun penjualan meningkat 7 persen menjadi USD 55,63 miliar hingga Oktober 2023.
"Kami menghadapi tantangan besar dalam rantai pasokan," jelas Airbus pada bulan Juli.
Mereka mengakui bahwa mereka memiliki "permintaan yang lebih tinggi daripada kemampuan untuk memasok."
Bukan Pertama Kalinya
Kejadian ini bukanlah yang pertama bagi Airbus dalam melakukan pemutusan hubungan kerja secara masif. Pada tahun 2020, di tengah pandemi Covid-19, perusahaan tersebut juga memangkas 15.000 pekerjaan di seluruh dunia, termasuk 1.700 di Inggris.
Saat itu, serikat pekerja Unite mengecam tindakan tersebut dengan menyebutnya sebagai "tindakan vandalisme industri lainnya" yang merugikan sektor kedirgantaraan di Inggris. Dengan pemangkasan terbaru ini, Airbus berharap dapat mengurangi beban biaya dan tetap bersaing di pasar global.