Kunci Asia Timur Jadi Negara Maju: Kuasai Rantai Pasok Perdagangan Global
Tahun 2030 diperkirakan Indonesia sudah menjadi negara dengan pendapatan menengah atas. Sebab setidaknya 20 persen penduduknya atau sekitar 50-60 juta orang masuk kelas ekonomi menengah tinggi.
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Brawijaya, Ahmad Erani Yustika menilai kunci sukses negara-negara Asia Timur bisa menjadi negara maju adalah karena mereka tidak lagi mengelola basis ekonomi dari komoditas primer. Sebaliknya, mereka memilih menguasai rantai pasok perdagangan global melalui rantai pasok domestik.
"Mereka (negara-negara Asia Timur) masuk ke rantai pasok global, jadi menggarap rantai pasok domestik untuk masuk ke pasar global, itu bagian dari penguasaan rantai pasok global," kata Erani dalam Webinar: Investasi, Nilai Tambah, dan Kesinambungan Pembangunan, Jakarta, Rabu (8/9).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen secara tahunan? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
Berbeda dengan Indonesia, posisi daya tawar Indonesia bukan dari sektor industri. Tahun 2030 diperkirakan Indonesia sudah menjadi negara dengan pendapatan menengah atas. Sebab setidaknya 20 persen penduduknya atau sekitar 50-60 juta orang masuk kelas ekonomi menengah tinggi.
Masyarakat golongan ini memiliki kemampuan daya beli yang besar dan bisa menggerakkan ekonomi nasional. Sehingga tidak sulit bagi Indonesia untuk bisa kembali masuk jajaran negara dengan pendapatan menengah atas yang beberapa waktu lalu sempat dicabut sebagai imbas dari pandemi Covid-19.
"Sekitar 20 persen penduduk Indonesia atau 50-60 juta orang tergolong kelas menengah tinggi yang kemampuan daya belinya luar biasa besar dan ini bisa menggerakkan ekonomi," kata dia.
Selain itu, pendapatan per kapita kelompok menengah tinggi ini setara dengan pendapatan per kapita Malaysia. Sehingga modal ini bisa membawa Indonesia untuk masuk ke pasar internasional karena memiliki potensi yang besar dan bisa ditingkatkan bila terus dijaga.
Tiga Isu Harus Dikelola
Untuk itu ada tiga isu yang harus dikelola sejak dini untuk menjaga momentum pertumbuhan. Pertama terkait isu-isu demokrasi ekonomi yang terkait pemerataan dalam banyak sektor. Seperti pemerataan wilayah, ekonomi, pelaku usaha, distribusi dan alat-alat produksi.
"Ini menjadi penting terutama pengarusutamaan UMKM," kata dia.
Kedua, literasi teknologi. Saat ini maupun di masa yang akan datang, penggunaan teknologi sudah tidak lagi bisa dipisahkan. Sehingga pemerataan dan perbaikan akses digitalisasi tidak bisa dipisahkan.
Ketiga, inklusivitas investasi. Dalam hal ini investasi harus bisa menyerap tenaga kerja semaksimal mungkin. Termasuk juga pemerataan investasi dan kelestarian lingkungan dan teknologi.
(mdk/idr)