Kunci sukses korek api legendaris 'Zippo' tetap menyala 8 dekade
Kini, Zippo Manufacturing dipegang generasi ketiga.
Para perokok pasti tak asing dengan korek api gas merek "Zippo". Pelopor korek api gas itu terus menyala, di tengah ancaman para pesaing dan penurunan jumlah perokok, selama delapan dekade.
Dibangun oleh George G. Blaisdell pada 1932. Kini, Zippo Manufacturing Co, dipegang oleh George Duke, sang cucu.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Kenapa Hari Koperasi Indonesia diperingati? Tujuan peringatan ini guna mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk senantiasa menghidupkan koperasi sebagai jalan demi mewujudkan kesejahteraan bersama.
-
Siapa saja yang dianggap sebagai wirausahawan sejati? Wirausahawan sejati menghasilkan uang dari modal orang lain, sedangkan wirausahawan biasa mendapatkan uang dari modal sendiri.
-
Siapa yang Airlangga apresiasi dalam penerapan ekonomi sirkular? Lebih lanjut, Airlangga mengapresiasi banyaknya perusahaan rintisan (startup) dan bisnis baru yang menerapkan prinsip 9R dalam ekonomi sirkular.
-
Di mana Widodo merintis usaha kerajinan limbah kayu jati? Setelah pensiun tahun 1994, ia pindah ke Desa Tempurejo, Kabupaten Boyolali. Saat pensiun itulah Widodo merintis usaha kerajinan yang diolah dari limbah kayu jati.
-
Apa profesi dari Wibowo Wirjodiprodjo? Veteran Wibowo Wirjodiprodjo adalah seorang pejuang kemerdekaan RI, dihormati sebagai veteran dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
Awalnya, Blaisdell yang mangkat pada 1978 mewariskan Zippo Manufacturing pada dua anaknya: Sarah, ibu Duke, dan adiknya Harriet Wick.
"Kami menikmati masa-masa pertumbuhan di era 1990-an dengan harga jual produk kami sekitar USD 13-USD 40 dan memunculkan para kolektor. Penjualan kami meningkat dari USD 30 juta pada 1985 menjadi USD 150 juta satu dekade kemudian," kata Duke ketika diwawancarai wartawan Forbes, beberapa hari lalu.
Sejauh ini, Duke merasa Zippo bakal terus eksis melintasi zaman selama masih memegang karakternya sebagai sebuah bisnis keluarga. Maka itu, ketika keluarga adik ibunya ingin menjual saham Zippo, Duke beserta Sarah tanpa ragu membelinya.
"Kami ingin mempertahankan Zippo, sehingga ibu dan saya membeli saham (Harriet) Wicks dan adik saya pada akhir 1990-an," katanya. "Pemilik asing tak akan akan sabar ketika menghadapi penjualan produk melesu. Butuh kesabaran dalam menghadapi momen seperti itu hingga segala sesuatunya akhirnya mengalami perbaikan."
Benar saja, penjualan Zippo sempat melesu sekitar dua tahun. Terlalu banyak produk Zippo beredar dan harga jualnya merosot.
"Saya memekerjakan seorang Chief Executive Officer pada 2001. Dan karena Zippo hanya dimiliki saya dan ibu, kami bisa bersabar menunggu dia (CEO) memerbaiki keadaan perusahaan."
Duke mengamini ketika ditanya apakah buruk sebuah perusahaan dikontrol oleh keluarga besar.
"Dengan sedikit kepemilikan, seperti di Zippo, perusahaan bakal cepat mengambil dan menjabarkan keputusan-keputusan strategis," katanya.
Sebaliknya, lanjut Duke, jika perusahaan dimiliki, semisal 15 anggota keluarga, bakal sulit buat pemimpin perusahaan mengambil keputusan.
"Pemimpin perusahaan bakal sulit memuaskan semuanya dan bisa menyulut konflik keluarga. Perusahaan jadi susah untuk maju."
(mdk/yud)