Kunjungan Warga Asing Desember 2020 Capai 164.000 Orang, Mayoritas untuk Bisnis
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, kunjungan wisatawan mancanegara pada Desember 2020 mencapai 164.000 orang. Di mana sebagian besar masih merupakan wisatawan yang akan mengurus bisnis, tugas, serta misi tertentu, dan bukan untuk berwisata.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, kunjungan wisatawan mancanegara pada Desember 2020 mencapai 164.000 orang. Di mana sebagian besar masih merupakan wisatawan yang akan mengurus bisnis, tugas, serta misi tertentu, dan bukan untuk berwisata.
"Jumlah wisatawan yang datang pada Desember 2020 naik 13,58 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya, ada pergerakan sedikit. Tapi, jika dibandingkan tahun 2019, terjadi penurunan yang sangat curam yaitu 88,08 persen," ujarnya, Jakarta, Senin (1/2).
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Siapa yang menyampaikan pesan tentang Bangga Berwisata di Indonesia Saja? Sejalan dengan program pemerintah, yang bertema Bangga Berwisata di Indonesia Saja dimana yang disampaikan oleh Presiden RI pada saat Rakor dengan Kepala Daerah pada Tanggal 22 September 2022.
Suhariyanto mencontohkan, terdapat 127 orang wisman yang datang ke Bali pada Desember 2020. Jumlah kunjungan tersebut datang untuk mengikuti konferensi, dan sebagian lainnya adalah tamu dari lembaga internasional. Menurut pintu masuk, 59 persen wisman datang lewat jalan darar, 27 persen lewat laut, dan 14 persen lewat udara.
"Di seluruh bandara terjadi penurunan yang tajam jika kita bandingkan dengan posisi tahun lalu. Begitu juga wisman yang melalui laut dan darat," katanya.
Suhariyanto menambahkan, pandemi membawa dampak yang luar biasa buruknya terhadap sektor pariwisata dan sektor-sektor pendukungnya. Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di berbagai negara, yang menjadi tantangan tidak mudah.
"Karena banyak negara yang merupakan pasar utama wisman Indonesia masih memberlakukan pelarangan bepergian atau travel banned ke luar negeri. Bahkan, beberapa negara yg mengalami gelombang kedua pandemi kembali melakukan lockdown," tandasnya.
Kelas Menengah Ogah Belanja, Khawatir Terpapar Covid-19 Saat Bepergian
Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Sutrisno Iwantono mengatakan, proses pemulihan ekonomi di sektor pariwisata mandek akibat masyarakat kelas menengah memilih menabung dibanding berbelanja. Tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang tembus Rp 1.000 triliun.
"Masalah sekarang ini tingkat permintaan yang rendah. Masyarakat menengah atas ini masih menahan spending. DPK di bank berdasarkan data Bank Indonesia ini lebih sampai seribu triliun," ungkap Sutrisno dalam talk show virtual BNPB Indonesia bertajuk: Strategi Kebangkitan Pariwisata di Tengah Pandemi, Jakarta, Jumat (29/1).
Artinya, lanjut Sutrisno, masyarakat kelas menengah sampai saat ini belum merasa aman untuk membelanjakan uangnya. Kekhawatiran terpapar saat melakukan aktivitas konsumsi seperti berwisata menjadi faktor utamanya.
"Mereka punya uang tapi tidak mau spending karena belum ada kepercayaan, kalau saya keluar ini saya aman tidak yah," tutur Sutrisno.
Maka, menciptakan keyakinan kepada masyarakat oleh pelaku usaha menjadi hal yang paling penting. Pemerintah telah menyiapkan kebijakan untuk sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety, dan Environment) atau Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.
"CHSE ini salah satu cara yang dilakukan pemerintah,tetapi bukan hanya itu, pelaku usaha juga harus yakinkan tempatnya itu memang aman sehingga orang berani datang ke sana," kata dia.
Selain itu, para pelaku usaha juga harus mengeluarkan ide kreatif dalam membuat program atau memasarkan tempat usahanya. Tak kalah penting, pengusaha juga harus optimis bisa melalui masa terberat saat ini.
Kolaborasi juga menjadi salah satu kunci. Sektor pariwisata ini tidak berdiri sendiri. Ada sektor lain seperti transportasi dan penerbangan yang bisa diajak kolabirasi untuk bangkit bersama.
"Kita harus berjuang dan pemerintah berkolaborasi dengan semua pihak. Apalagi, pariwisata ini bukan hotel dan restoran saja. Ada peenrbangam tarnportas dan lain-lain yang harusnya bisa kolaborasi," kata dia mengakhiri.
(mdk/bim)