Menkop Teten Optimis UMKM Bisa Selamatkan Ekonomi RI dari Krisis Akibat Covid-19
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki optimis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa menyelamatkan ekonomi nasional di tengah krisis pandemi covid-19, apabila daya beli masyarakat terhadap produk UMKM terus didorong dengan baik.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki optimis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa menyelamatkan ekonomi nasional di tengah krisis pandemi covid-19, apabila daya beli masyarakat terhadap produk UMKM terus didorong dengan baik.
"Saya optimis, kita punya market yang sangat besar sampai 300 juta orang kalau membeli dan belanja produk UMKM produk buatan dalam negeri, dengan menurunnya daya beli sekarang perputaran ekonomi masih bisa dipertahankan," kata Teten dalam webinar Peran UMKM sebagai Ujung Tombak Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi, Kamis (10/12).
-
Kenapa menurut Kepala LKPP, UMKK sangat penting untuk meningkatkan ketahanan ekonomi nasional? Kepala LKPP Hendrar Prihadi mengatakan, salah satu kunci ketahanan ekonomi nasional adalah majunya UMKK.
-
Apa yang dikampanyekan Kementerian Perhubungan? Kemenhub kampanyekan keselamatan pelayaran kepada masyarakat. Indonesia selain negara maritim, juga merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki lalu lintas pelayaran yang sangat padat dan ramai dan keselamatan pelayaran menjadi isu penting.
-
Apa yang sedang didorong oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk para pelaku usaha pemindangan? Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong skema kemitraan para pelaku usaha pemindangan dengan penyedia bahan baku ikan agar ketersediaan bahan baku pengolahan pindang dapat terjamin.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Apa yang di ekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun.
-
Bagaimana Kementan mendorong kerjasama dengan negara lain dalam mengembangkan pertanian? Dedi mengatakan, dukungan implementasi ASEAN terhadap regional guidelines for sustainable agriculture juga perlu dilakukan dengan basis pengembangan sumber daya manusia untuk membangun sistem pertanian, kehutanan dan pangan yang jauh lebih tangguh.
Pihaknya selalu optimis perekonomian Indonesia akan pulih seiring berjalannya waktu, hingga menunggu keadaan kuartal I 2021 bisa menjadi baik, dibanding tahun 2020. Meskipun dalam 2 kuartal berturut-turut Indonesia minus, dan masuk jurang resesi.
Menurutnya, hal tersebut disebabkan konsumsi masyarakat sangat menurun selama pandemi covid-19, di mana sebelumnya konsumsi rumah tangga kita di atas 57 persen sebelum pandemi. "Sekarang banyak masyarakat yang pendapatannya turun, banyak yang kehilangan pekerjaan dan pemerintah menggelontorkan berbagai banyak program jaminan sosial termasuk banpres produktif, inikan bisa mendorong daya beli," ujarnya.
Maka apabila daya beli yang terbatas tapi jika di fokuskan untuk membeli produk UMKM, Teten berpendapat hal itu bisa menggerakkan ekonomi meskipun saat ini masih dalam masa pandemi covid-19.
"Saat ini memang berbeda dengan tahun 1998, ketika usaha besar berjatuhan dan dimulai dengan krisis finansial justru saat itu UMKM tampil menjadi penyelamat ekonomi nasional, bahkan ekspornya pun meningkat sampai 350 persen," katanya.
Namun, waktu itu ekonomi dunia baik dan saat ini yang terpukul seluruh dunia dan hari ini yang terpukul juga UMKM, tapi meskipun begitu untuk memulihkan ekonomi mau tidak mau yang pertama dipulihkan adalah UMKM, karena 99 persen pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM.
"Ada hal lain yang saya amati, kalau usaha besar mereka dalam situasi ekonomi melesu seperti ini mereka akan menunggu investasi, menunggu ekspansi bisnis, kalau UMKM tidak bisa karena ini berkaitan dengan perut langsung, maka UMKM seperti ini menjadi dinamisator ekonomi," ujarnya.
Menurutnya, selain konsumsi rumah tangga, ada juga belanja pemerintahan yang sangat berpengaruh di dalam perekonomian nasional selain investasi. Pemerintah sudah menyediakan Rp 300 triliun lebih untuk menyerap produk UMKM, bahkan di BUMN disediakan Rp 35 triliun yang digunakan untuk menyerap produk UMKM.
"Karena itu maka ayo belanja buatan Indonesia, ayo belanja produk UMKM supaya ekonomi bisa tetap bergulir di tengah menurunnya daya beli masyarakat. Tapi ke depan kita harus segera mengambil peran untuk memulihkan keadaan ekonomi, khususnya dalam mengatasi covid-19 itu kunci dari pemulihan ekonomi nasional," jelasnya.
3 Tantangan UMKM Naik Kelas
Teten menjelaskan, masih banyak tantangan bagi UMKM untuk masuk ke ekosistem digital agar bisa naik kelas dan go global, salah satunya masalah kapasitas produksi.
"Begitu terhubung ke platform digital apalagi dalam skala nasional kapasitas produksinya harus juga cukup memadai untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih besar," kata Teten.
Menurutnya, ketika produksinya terbatas dan mereka tidak bisa memenuhi permintaan konsumen maka akan ditinggalkan. Kedua, kualitas marketplace online, banyak produk-produk yang brandnya yang sudah kuat maka ini menjadi pesaing yang ketat bagi produk UMKM.
Kendati begitu, dia mengakui produk buatan dalam negeri yang dibuat dengan custome atau handmade itu lebih keren daripada buatan produk massal. Misalnya untuk pakaian dan makanan ia kira sekarang sudah cukup keren produksinya.
"Apalagi makanan minuman sekarang kan jauh lebih aman kita membeli produk yang kita tahu asal-usulnya, bagaimana produksinya secara higienis dan terbukti juga sekarang banyak yang barang yang tadinya barang konsumsi impor sekarang dibatasi, ternyata bisa juga disubstitusi oleh produk dalam negeri," ujarnya.
Tantangan selanjutnya adalah literasi digital. Menurutnya, banyak UMKM yang masih belum perhatian bagaimana menggunakan perangkat smartphone terhubung dengan internet dan bagaimana strategi dalam menjual barang di online, karena menjual di online dan offline itu beda strateginya.
"Nah, tiga hal itu yang saya kira perlu kita sama-sama kerjasama untuk menyiapkan UMKM kita supaya siap on boarding di market digital," ungkapnya.
Selain itu, tantangan lainnya adalah daya beli masyarakat yang terbatas sehingga pola konsumsi masyarakat juga bisa dilihat hanya diprioritaskan untuk belanja makanan minuman, kebutuhan pokok, home care, dan pendidikan. "Jadi sekarang saya kira bagaimana UMKM kita di tengah pola konsumsi tadi melakukan reorientasi bisnis, banting setir lah mengikuti tren pasar," imbuhnya.
Demikian pola konsumsinya sekarang sudah melalui marketplace atau online, maka selain melakukan inovasi produk, sangat penting untuk beradaptasi dengan market yang baru berjualan secara online. "Nah sekarang ini UMKM yang berjualan online dari 13 persen awal tahun sekarang meningkat menjadi 16 persen UMKM yang sudah berjualan di market online," tandasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)