Menteri Desa: Transmigrasi tak populer di kalangan muda
Padahal, transmigrasi sejatinya dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar mengakui transmigrasi kurang populer di kalangan muda. Sebab, masyarakat transmigran terkesan bakal menjadi petani konvensional hidup terbatas di pedesaan.
"Masyarakat yang dipindahkan sebagai transmigran, juga terkesan hanya terdiri dari masyarakat yang tidak mempunyai keterampilan atau kompetensi," ujar Marwan di Jakarta, seperti dikutip Antara, Sabtu (12/12).
-
Apa yang dimaksud dengan Transmigrasi? Transmigrasi ini merupakan sebutan untuk perpindahan penduduk dari suatu daerah menuju ke daerah lainnya.
-
Kenapa Transmigrasi dilakukan? Tujuan Transmigrasi Ada pun tujuan dari transmigrasi yang melatarbelakangi kegiatan perpindahan penduduk tersebut.
-
Dimana Pak Tumiran bertransmigrasi? Pak Tumiran merupakan pria asal Kebumen yang bertransmigrasi ke Provinsi Sulawesi Barat.
-
Ke mana warga yang setuju melakukan transmigrasi dipindahkan? Mereka memutuskan untuk transmigrasi ke daerah Taktoi, Provinsi Bengkulu.
-
Bagaimana Pak Tumiran memperluas lahan usahanya di lokasi transmigrasi? Dari dua hektare lahan awal saat datang ke lokasi transmigrasi, kini Pak Tumiran juga sudah punya lahan total seluas 12 hektare. “Saya kadang beli lahan satunya orang lokal, lahan duanya orang lokal. Waktu di sana saya beli masih murah, sekitar Rp2 juta, 3 juta per hektare,” kata Pak Tumiran.
-
Bagaimana cara orang melakukan Transmigrasi? Proses transmigrasi bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan sudah memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan. Bisa dilakukan oleh satu orang atau pun sekeluarga.
Padahal, menurut Marwan, transmigrasi sejatinya dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dan menciptakan peradaban di wilayah baru melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan.
"Transmigrasi juga dalam rangka membuka kesempatan kerja dan peluang usaha dengan menggali dan mengelola potensi sumberdaya kawasan transmigrasi, mengurangi kemiskinan, membuka lahan pangan dan perkebunan dan membentuk wirausaha mandiri," tambah dia.
Marwan mengakui, pada masa awal, masyarakat transmigran bakal menghadapi berbagai tantangan. Namun, dia meyakini tantangan itu bisa diubah menjadi peluang lewat kegigihan, dan semangat menancapkan sejarah di tanah harapan.
Sebelumnya, Kementerian Desa mencoba menggelar program transmigrasi melalui pagelaran wayang kulit dengan lakon "Babad Alas Winamarta" pada Hari Bhakti Transmigrasi ke-65, Jumat malam.
"Dalam kisah yang menuturkan perjalanan para ksatria Pandawa dalam membangun tanah harapan baru, yang nantinya menjadi pusat kerajaan dan peradaban di Amarta adalah sebuah ibroh, analogi yang pas."
(mdk/yud)