Minyak Dunia Mahal dan Rupiah Melemah, Subsidi BBM Kembali Membengkak?
Volatilitas atau gejolak harga BBM kembali naik di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang terjadi beberapa hari terakhir. Sampai 18 Oktober nilai tukar terhadap dolar AS berada di Rp15.480.
Pemerintah telah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi seperti Pertalite dan Solar di September 2022 lalu. Kenaikan harga BBM terjadi saat harga minyak dunia mengalami tren penurunan.
Ini tercermin dari dari harga minyak mentah Indonesia per Agustus 2022 tercatat hanya USD 94,2 per barel. Harga ini turun dari bulan sebelumnya yang mencapai di atas USD 105 per barel. Namun demikian, harga minyak dunia kembali naik di 17 Oktober mencapai USD 103,2 per barel.
-
Siapa yang mengungkapkan wacana pembatasan pembelian BBM subsidi? Dilansir dari Antara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengungkapkan wacana pembatasan pembelian BBM bersubsidi.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Kenapa pemerintah mau mengalihkan anggaran subsidi BBM? Melalui opsi tersebut, pemerintah bakal mengalihkan anggaran subsidi untuk membiayai kenaikan kualitas BBM melalui pembatasan subsidi bagi sebagian jenis kendaraan.
-
Apa yang ingin dicapai dengan mengalihkan subsidi BBM? Jadi yang teman-teman pantas membutuhkan subsidi ini kita tentunya akan jaga. Jadi masyarakat yang ekonominya rentan pasti akan terus berikan, kita tidak mau naikan harganya," tegasnya di Jakarta, Senin (5/8)."Tapi mungkin ada teman-teman juga yang ke depannya sebenarnya harusnya sudah enggak butuh lagi subsidinya, itu bisa diarahkan untuk tidak menggunakan," kata Rachmat.
-
Kapan Pertamina menyesuaikan harga BBM? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
-
Bagaimana cara Pertamina memastikan penyaluran BBM subsidi tepat sasaran? ia menambahkan, Pertamina Patra Niaga terus mendukung upaya pemerintah agar penyaluran BBM subsidi tepat sasaran. Dengan cara melakukan pendataan pengguna BBM Subsidi melalui pendaftaran QR Code pada laman www.subsiditepat.mypertamina.id.
"Ini terkait dengan harga asumsi ICP yang sudah disebutkan dan ada banyak faktor yang membuat volatilitasnya masih tinggi,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam Konferensi Pers APBN KITA, di Jakarta, Jumat (21/10).
Volatilitas atau gejolak harga BBM kembali naik di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang terjadi beberapa hari terakhir. Sampai 18 Oktober nilai tukar terhadap dolar AS berada di Rp15.480. Angka ini menunjukkan bahwa Rupiah telah mengalami depresiasi 8,4 persen dibandingkan awal tahun ini.
"Kurs juga volatile dan ICP kita juta pantau," kata dia.
Gangguan dari sisi suplai dan dampak geopolitik yang terjadi juga turut menyebabkan harga minyak masih tinggi. Tak hanya itu, tingginya permintaan BBM juga menjdi faktor lainnya. Sebab aktivitas terus menggeliat ditengah tren pemulihan ekonomi nasional.
"Pemulihan ekonomi yang masih sangat kuat membuat meningkatnya konsumsi BBM," kata dia.
Meski begitu, Febrio memastikan Anggaran Pendapatan dn Belanja Negara (APBN) siap kembali menjadi penyangga kenaikan harga BBM. Sehingga dampaknya kepada masyarakat sangat minim.
"APBN memang sudah dan kita siapkan sebagai syok absorber sehingga masyarakat kita akan tetap terlindungi," kata dia.
Tahun 2023 Risiko Ekonomi Semakin Berat
Febrio menambahkan kondisi ekonomi global makin suram ke depan. Ketidakpastian ini masih akan terus berlanjut hingga tahun depan.
"Memasuki 2023 pun risiko ini belum akan turun bahkan tetap meningkat," kata dia.
Sehingga APBN akan kembali menjalankan tugasnya sebagai penyangga sebagaimana yang dilakukan selama 3 tahun terakhir.
"Tahun 2022 ini kita sudah lakukan itu dengan efektif dan masyarakat kita daya belinya, khususnya menengah bawah, miskin dan rentan," pungkasnya.
(mdk/idr)