Miris, Harga Air di Gaza Naik 100 Persen Akibat Agresi Militer Israel
Kondisi tersebut tidak lain akibat dari tindakan Israel yang menghentikan pengiriman bantuan ke daerah tersebut.
Kondisi tersebut tidak lain akibat dari tindakan Israel yang menghentikan pengiriman bantuan ke daerah tersebut.
Miris, Harga Air di Gaza Naik 100 Persen Akibat Agresi Militer Israel
Miris, Harga Air di Gaza Naik 100 Persen
Di tengah gempuran serangan militer Israel, warga Gaza masih harus dihadapi dengan melonjaknya harga makanan.
Badan Pusat Statistik Palestina menilai lonjakan harga makanan di Gaza sebagai fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Mengutip Al Jazeera, ribuan warga Gaza terlihat berkerumun di kedai-kedai yang ada di Pasar Nuseirat, di Gaza Pusat.
- Pangeran MBS Serukan Negara-Negara di Dunia Hentikan Ekspor Senjata ke Israel
- Houthi Yaman Nyatakan Perang dengan Israel, Luncurkan Rudal Balistik dan Drone Tempur
- Ratusan Warga Gaza Inspeksi Rumah Mereka yang Hancur Dibom Israel, Kerusakannya Sangat Dahsyat
- Hadapi Bombardir Israel, Tak Ada Tempat Melarikan Diri Bagi Warga Gaza
Mereka rela mengantre panjang untuk membeli makanan sebagai stok jika gencatan senjata antara militan Hamas dan Israel berakhir.
Mengingat sejak Jumat (24/11) Hamas dan Israel sepakat melakukan gencatan senjata hingga Senin (27/11).
Badan Statistik Palestina mengatakan, pada Oktober, harga makanan dan minuman naik 10 persen.
Sedangkan sayur mayur dan tepung gandum naik 32 dan 65 persen. Yang lebih mengerikan, harga air naik 100 persen.
Kondisi yang dialami warga Gaza tidak lain akibat dari tindakan Israel yang menghentikan pengiriman bantuan ke daerah tersebut.
Ini terjadi sejak konflik pecah pada tanggal 7 Oktober.
Israel membatasi pasokan bahan bakar. Bahkan toko roti di Gaza tidak dapat berjualan karena kekurangan tepung terigu, air dan bahan bakar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi kemanusiaan telah lama memperingatkan 'kemungkinan kelaparan' dan penyebaran penyakit.
Tidak hanya itu, PBB mengatakan warga Gaza yang mengungsi berpotensi mengalami tragedi kelaparan akibat kelangkaan pangan.
Demi bertahan hidup, warga Gaza yang mengungsi melewatkan atau mengurangi waktu makan.
Setelah adanya kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel, kondisi tersebut memungkinkan bagi PBB untuk meningkatkan pengiriman makanan, air dan obat-obatan dalam jumlah yang sangat besar.
Dua lokasi itu merupakan tempat warga Gaza mengungsi.
Hingga Sabtu lalu, tercatat sudah ada 137 truk bantuan memasuki Gaza.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan 129.000 liter atau sekitar 34.000 galon bahan bakar, telah disalurkan ke Gaza.
OCHA juga mengirimkan empat truk yang membawa gas untuk memasak.
Akan tetapi, bantuan-bantuan itu belum mencukupi untuk kebutuhan 2,3 juta pengungsi.
Menurut PBB, 2,2 juta orang membutuhkan bantuan pangan untuk bertahan hidup.
merdeka.com
Warga Gaza yang mengungsi bahkan terancam menghadapi bencana penyakit.
Tercatat sudah lebih dari 44.000 kasus diare dan 70.000 kasus infeksi pernafasan telah dilaporkan.