Modal Jual Nasi Uduk, Sigit Bisa Raup Rp7 Juta per Hari
Banyak pekerja yang memutuskan untuk berhenti kerja dan membangun bisnis.
Banyak pekerja yang memutuskan untuk berhenti kerja dan membangun bisnis.
Modal Jual Nasi Uduk, Sigit Bisa Raup Rp7 Juta per Hari
Dengan berjualan nasi uduk, Sigit Wahyudi menuai pendapatan Rp1 juta hingga Rp7 juta per hari. Pendapatan itu seakan sebagai "pengganti" gaji belasan juta Sigit, di pekerjaan sebelumnya.
- Mau Punya Usaha Modal Kecil Tapi Untung Besar, Bisa Coba 5 Ide Bisnis Ini
- Kisah Pria Mantan Karyawan Pabrik Sukses Bisnis Keripik, Modal Awal Rp50 Ribu Kini Raih Omzet Rp60 Juta per Bulan
- Kisah Sukses Gadis Kampung Bisnis Pakaian Modal Rp300 Ribu, Kini Raih Omzet Rp10 Miliar per Tahun
- Cerita Togar Manurung, Sempat Ditikung Teman Hingga Sukses Bangun Bisnis Bumbu Tabur
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Pecah Telur, Sigit bercerita bahwa berstatus sebagai karyawan selama 13 tahun.
Dan, gaji terakhir yang dia dapat mencapai belasan juta. Sigit bersama istri dan ketiga anaknya tinggal dengan limpahan kekayaan di Surabaya, Jawa Timur.
Di satu waktu, Sigit memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Keputusan itu dia ambil setelah mempelajari ilmu agama secara konsisten.
"Saya dulu kerja di tempat yang menurut saya ya haram, makanya saya meninggalkan untuk mendapatkan hal yang lebih berkah. Saya sudah kerja 13 tahun. Agama saya melarang pekerjaan itu," kata Sigit.
Saat mengajukan proses pengunduran diri, Sigit belum memutuskan pekerjaan atau langkah apa yang dia akan ambil.
Namun ia tercetus untuk menjalankan bisnis kedai kopi. Kebetulan, ujar Sigit, di tahun 2021, tren bisnis kedai kopi sedang menjamur.
Ketika resmi tidak lagi berstatus sebagai karyawan, Sigit dan keluarga pindah tempat tinggal, dari Surabaya ke Tulungagung. Uang hasil menjual rumah, dan mobil, jadi modal Sigit dan keluarga menyambung hidup di Tulungagung.
Kepindahan mereka juga mengubah gaya hidup, dari serba mahal, menjadi serba prihatin. Meski demikian, Sigit dan istri tidak putus asa. Keduanya mendidik ketiga anaknya agar hidup lebih sederhana dibandingkan sebelumnya.
Hingga satu waktu, Sigit meninjau pasar dan memutuskan berjualan nasi uduk di pagi hari. Alasannya, tidak banyak di Tulung Agung yang berjualan nasi uduk di pagi hari, umumnya sarapan yang dijajakan adalah pecel.
"Kayaknya belum ada yang jual nasi uduk, kalaupun ada, paling sore," kata dia.
Awal Sigit berjualan nasi uduk, respon masyarakat sangat positif. Sebab, nasi uduk yang dijual Sigit dikemas dengan menarik. Berbeda dengan nasi uduk bungkusan biasa.
Di minggu awal, Sigit berjualan dengan memakai gerobak. Di minggu kedua, dia berjualan menggunakan mobil, hingga di minggu selanjutnya dia menyewa sebuah kios untuk membuka lapak yang lebih luas.
Bisnis nasi uduk yang diberi nama merk sebagai Nasi Uduk Bang Jenggot, makin meroket. Dari satu kedai, bercabang menjadi lima kedai hingga saat ini. Dia bercerita, bahwa ada pengalaman satu lapak cabang mampu menjual 50-60 pack (bungkus). Yang mana harga per bungkus berkisar Rp10.000 hingga Rp15.000.
"Kita pernah sehari 700 pack karena ada pesanan saat itu," ucapnya.
Sigit berharap usahanya terus berkembang di luar kota. Dia bahkan membuka kerjasama dengan sistem kemitraan dengan modal Rp25 juta.
"Kita mulai Rp 25 jutaan, apalagi sudah punya tempat enaknya enggak usah sewa-sewa lagi."