Kisah Pengangguran Sukses Bisnis Pisang Keju Modal Rp10 Juta, Kini Omzet Rp60 Juta per Bulan
Keluarga Yongki mendukung usahanya dengan memberikan bantuan modal sekitar Rp10 juta. Modal tersebut digunakan Yongki untuk membuat gerobak.
Sebelum membuka usaha pisang keju ini, Yongki sebenarnya sempat menjalankan bisnis pertamanya dengan mendirikan sebuah warung kopi.
Kisah Pengangguran Sukses Bisnis Pisang Keju Modal Rp10 Juta, Kini Omzet Rp60 Juta per Bulan
Kisah Pengangguran Sukses Bisnis Pisang Keju Modal Rp10 Juta, Kini Omzet Rp60 Juta per Bulan
Kemudahan akses informasi di era digital membuka peluang bagi siapapun yang ingin belajar secara mandiri. Hal ini dialami oleh Yongki, pria asal Tulungagung, Jawa Timur yang sukses berjualan pisang keju.
Berkat ketekunanannya untuk terus belajar, Yongki yang semulanya seorang pengangguran, kini mampu mendirikan Pisang Keju Sultan 99, yang mampu menghasilkan omzset Rp60 juta per bulan dari tiga outlet pisang kejunya.
Yongki mengakui bahwa dia tak memiliki ilmu dagang sama sekali. Namun karena sudah menganggur selama satu tahun penuh dan makin terdesak dengan ekonomi, mau tak mau Yongki harus mencari cara bertahan hidup dengan cara apapun.
"Saya itu dulu menganggur setahun penuh. Tidak ada teman-teman yang menawari pekerjaan, jadi harus putar otak untuk punya pemasukan," kata Yongki seperti yang dikutip dari akun Youtube Pecah Telur, Senin (20/11).
Sebelum membuka usaha pisang keju ini, Yongki sebenarnya sempat menjalankan bisnis pertamanya dengan mendirikan sebuah warung kopi.
Yongki sudah habis-habisan menggunakan uang tabungannya selama merantau untuk mendirikan bisnis kopi yang akhirnya terpaksa gulung tikar, karena tak berhasil balik modal.
merdeka.com
Suatu ketika, Yongki merindukan camilan khas di tanah perantauannya. Di Batam, outlet pisang keju dapat ditemukan dengan mudah di manapun. Sayangnya, dia tak kunjung menemukan siapapun yang menjual camilan serupa di Tulungagung.Peluang ini memberikan kesempatan bagi Yongki untuk memulai bisnis pisang keju di kampung halamannya. Dengan bermodalkan tekad yang kuat, Yongki mulai belajar membuat pisang keju lewat video Youtube.
Tak berdiam diri, Yongki juga bergegas mencari pinjaman modal dari keluarganya. Sebab, uang tabungan Yongki sudah terkuras habis untuk bisnis sebelumnya.
Keluarga Yongki mendukung usahanya dengan memberikan bantuan modal sekitar Rp10 juta. Modal tersebut digunakan Yongki untuk membuat gerobak, membeli peralatan masak, dan bahan yang dibutuhkan.
Yongki yang tak memiliki ilmu dagang tak punya ide untuk memberikan nama yang unik untuk bisnis barunya ini. Akhirnya, pilihan Yongki jatuh pada 'Pisang Keju Sultan 99'.
"Dulu ga ngerti branding yang bagus. Pokoknya waktu itu nama sultan ramai dibikin usaha, jadi dinamai 'Pisang Keju Sultan 99'. Karena 9 itu angka tertinggi jadi mudah-mudahan rezekinya selalu di atas," kata Yongki.
merdeka.com
Mengingat kuliner ini cukup sulit ditemukan di Tulungagung, Yongki mengaku mendapat sambutan hangat dari pelanggan sekitar. Apalagi sajian topping-nya yang melimpah, kian menambah daya tarik pisang keju buatannya.Meskipun terbilang cukup ramai, usaha Yongki kala itu belum sepopuler saat ini. Untuk itu, Yongki terus belajar mengasah ilmu dagangnya dengan mengikuti workshop dan seminar bisnis.
Dia langsung mempraktikkan ilmu yang diperolehnya dari kegiatan tersebut. Yongki memulainya dengan memberikan potongan harga dan promosi lewat instagram.
"Saat itu kita promosi lewat instagram. Tanpa ada persiapan ternyata pecah dan outlet jadi ramai, karyawan sampai kewalahan," kenang Yongki.
Sejak saat itu, Pisang Keju Sultan 99 menjadi camilan favorit warga Tulungagung yang kini sudah memiliki tiga outlet di lokasi berbeda. Meskipun tak semua outletnya ramai, dia mengaku usahanya mampu berjalan dan memenuhi target yang diinginkan.Meskipun menjadi camilan favorit warga Tulungagung, Pisang Keju Sultan ternyata tak lepas dari komplain konsumen. Yongki mengungkapkan mereka sempat menerima keluhan dari konsumen karena ukuran pisangnya terlalu tipis.
Sebagai pedagang yang baik, Yongki mencoba berbenah diri dan menerima masukan dari pelanggannya.
"Kita sempat menerima komplain, tapi masukan itu ada benarnya. Jadi kita terima dan akhirnya dapat perpaduan rasa antara pisang, tepung, dan toppingnya yang pas," kata Yongki.
Selain komplain dari konsumen, Yongki mengaku tantangan terbesar usahanya yakni ketika menjelang musim hujan. Sebab pada waktu tersebut sulit untuk menemukan pisang karena kondisi jalan yang tak mendukung.
"Kalau musim hujan agak susah. Petani jarang ke gunung karena jalannya licin," kata Yongki.
Saat ini, Yongki memiliki total 8 orang karyawan. Dia berharap usahanya dapat terus berkembang dan mampu membuka cabang di kota lain. Selain itu, dia berharap bisa memberikan lapangan pekerjaan lebih banyak bagi orang lain."Saya berharap bisa buka cabang di kota lain dan membantu orang lain mendapatkan pekerjaan. Sebab dulu saya juga pengangguran, jadi tahu rasanya," tutup Yongki.