Israel Kembali Dapat Bantuan Senjata dari Amerika Senilai Rp130 Triliun
Amerika Serikat berencana menjual senjata senilai USD8 miliar ke Israel untuk mendukung keamanan jangka panjang.
Rencana Penjualan Senjata AS ke Israel
Pemerintah Amerika Serikat berencana untuk menjual senjata senilai USD8 miliar (Rp130 triliun, dengan nilai tukar rupiah Rp16.200 per dolar Amerika Serikat) kepada Israel.
Rencana ini telah disampaikan secara informal kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR dan Senat AS, yang perlu menyetujui penjualan tersebut.
Paket senjata ini mencakup 'amunisi untuk mendukung keamanan jangka panjang Israel dengan menyuplai kembali stok munisi kritis dan kemampuan pertahanan udara,' ungkap salah satu pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim.
Penjualan ini bertujuan untuk memperkuat posisi pertahanan Israel di tengah ketegangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut.
Dukungan Pemerintah Biden untuk Israel
Administrasi Biden telah menghadapi desakan selama berbulan-bulan untuk menerapkan embargo senjata terhadap Israel. Meskipun Biden menyerukan diakhirinya perang di Gaza, kebijakan AS sebagian besar tetap tidak berubah. Sejak serangan 7 Oktober 2023, pemerintahannya telah memberikan bantuan senjata senilai miliaran dolar kepada Israel.
Pejabat menyatakan bahwa 'presiden telah menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warganya, sesuai dengan hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional, serta untuk mencegah agresi dari Iran dan organisasi proksinya.' Penjualan senjata ini mencakup berbagai jenis senjata, termasuk rudal udara ke udara jarak menengah dan peluru artileri 155 mm untuk penargetan jarak jauh.
Konteks Perang di Gaza
Perang antara Israel dan Hamas telah menyebabkan lebih dari 45.700 orang tewas di Gaza sejak serangan mematikan 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyebabkan 251 sandera diambil. Israel, bersama dengan AS, Jerman, dan beberapa negara lainnya, menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Dalam beberapa hari terakhir, meskipun ada pembicaraan gencatan senjata yang berlangsung di Qatar, serangan udara Israel terus berlanjut, menyebabkan puluhan orang tewas di Gaza. Menurut laporan medis Palestina, serangan ini menargetkan area padat penduduk, yang menyebabkan banyak korban sipil.
Negosiasi Gencatan Senjata yang Berlanjut
Berita tentang penjualan senjata AS muncul saat Israel dan Hamas mengonfirmasi bahwa mereka sedang melakukan pembicaraan mengenai kesepakatan sandera dan gencatan senjata yang telah dimulai kembali di Doha, ibu kota Qatar. Negosiasi tidak langsung yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS telah berlangsung selama berbulan-bulan, tetapi belum berhasil mengakhiri perang.
Meskipun pembicaraan gencatan senjata ini berlangsung, serangan udara Israel tetap terjadi dan mengakibatkan banyak korban di Gaza. Militer Israel menyatakan bahwa mereka hanya menargetkan militan dan menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil, dengan alasan bahwa para pejuangnya beroperasi di area pemukiman yang padat.
Kondisi Para Sandera
Hamas juga merilis video yang menunjukkan salah satu sandera yang diculik dari Israel selama serangan 7 Oktober. Dalam video tersebut, seorang wanita yang merupakan tentara Israel berbicara di bawah tekanan dan mengungkapkan penderitaannya setelah 450 hari ditahan. Dia menyebutkan bahwa salah satu tahanan lainnya terluka akibat pertempuran di Gaza, menambahkan, 'kami hidup dalam mimpi buruk yang sangat mengerikan.'
Situasi di Gaza semakin memburuk seiring dengan mendekatnya musim dingin dan sistem kesehatan di wilayah tersebut hampir runtuh. Pertikaian yang berkepanjangan ini telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang mendalam, dengan banyak warga sipil yang terjebak dalam konflik yang tidak kunjung berakhir.