Setelah Israel, Mesir Jadi Negara Kedua Penerima Bantuan Dana Khusus Militer dari Amerika Serikat
Amerika menganggap kalau Mesir merupakan negara yang memiliki peran signifikan dalam perdamaian di negara-negara Timur Tengah.
Selain Israel, negara kedua dengan penerimaan dana khusus bantuan militer adalah Mesir. Di periode yang sama, Mesir telah menerima Rp2.383 triliun dari Amerika Serikat.
Setelah Israel, Mesir Jadi Negara Kedua Penerima Bantuan Dana Khusus Militer dari Amerika Serikat
Setelah Israel, Mesir Jadi Negara Kedua Penerima Bantuan Dana Khusus Militer dari Amerika Serikat
Amerika Serikat merupakan negara paling royal memberikan bantuan dana militer untuk Israel. Selama 77 tahun, atau selama periode 1946-2023, Israel telah menerima bantuan Rp4.127 triliun dari Amerika Serikat.
Selain Israel, negara kedua dengan penerimaan dana khusus bantuan militer adalah Mesir. Di periode yang sama, Mesir telah menerima Rp2.383 triliun dari Amerika Serikat.
Israel Rp4,127 triliun
Mesir Rp2,383 triliun
Afghanistan Rp2,316 triliun
Vietnam Rp2,112 triliun
Iraq Rp1,439 triliun
Korea Selatan Rp1,382 triliun
Inggris Rp1,280 triliun
India Rp1,205 triliun
Turki Rp1,172 triliun
Prancis Rp1,145 triliun
Mengutip The New York Times, Amerika mengalokasikan anggaran bantuan militer untuk Mesir Rp20 triliun setiap tahunnya. Dan, pada tahun 2023, pemerintahan Joe Biden menyetujui pencairan dana bantuan militer untuk Mesir sebesar Rp3.6 triliun.
Menteri Luar Negeri Antony J Blinken menjelaskan bahwa Amerika menganggap kalau Mesir merupakan negara yang memiliki peran signifikan dalam perdamaian di negara-negara Timur Tengah.
Seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan, saat militer AS dengan Mesir melakukan latihan militer gabungan, Bright Star 2023, yang dilakukan selama dua minggu terakhir, latihan tersebut berfokus pada “kontraterorisme, keamanan regional, dan upaya memerangi penyebaran ekstremisme kekerasan.”
Para pejabat di Departemen Luar Negeri juga mencatat peran signifikan Mesir dalam upaya memediasi gencatan senjata dalam konflik sipil di Sudan, dan mendukung pemilu di Libya.
Relasi Mesir dengan Amerika menjadi relasi terbuka sejak pemerintahan Anwar Sadat sebagai Presiden. Saat perang tahun 1967, ekonomi Mesir porak poranda.
Presiden saat itu, Gamal Abdel Nasser menempatkan Mesir berada di kubu Uni Soviet. Namun, ekonomi yang didukung Uni Soviet itu justru membuat Mesir semakin terpuruk. Hal ini ditandai dengan inflasi yang terus meningkat.
Mengutip Arab News, masyarakat Mesir berpandangan konfrontasi dengan Israel tidak bisa lagi dijadikan alasan atas setiap kondisi yang mereka alami. Anwar pun mengambil langkah radikal dengan kebijakan infitah.
merdeka.com
Infitah merupakan kebijakan ekonomi terbuka, yang di dalamnya mencakup kebijakan-kebijakan liberalisasi yang terkait dengan pelonggaran politik, sekaligus penolakan terhadap hubungan dekat dengan Uni Soviet.
Dalam Infitah juga tertuang kebijakan yang membangun hubungan yang lebih dekat dengan Amerika Serikat dan negara-negara Teluk Arab, dan menghilangkan peran militer dari perekonomian.
merdeka.com
Sejak Anwar menerbitkan Infitah, perekonomian mulai membaik berkat dana bantuan dari Amerika, pendapatan Terusan Suez yang sebelumnya sempat ditutup, dan dimulainya industri pariwisata Mesir.
Teruskan Suez, sempat ditutup pada tahun 1967 namun Sadat membukanya kembali pada tahun 1975. Pendapatan dari kapal-kapal yang melewati kanal tersebut mulai masuk ke kas negara.