Nilai tukar Rupiah kembali tumbang ke level Rp 15.210 per USD
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) kembali bergerak melemah di perdagangan hari ini, Kamis (25/10). Pagi ini, Rupiah kembali tumbang ke level Rp 15.210, atau melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 15.197 per USD.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) kembali bergerak melemah di perdagangan hari ini, Kamis (25/10). Pagi ini, Rupiah kembali tumbang ke level Rp 15.210, atau melemah dibanding penutupan perdagangan kemarin di Rp 15.197 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Rupiah bergerak fluktuatif usai pembukaan. Tercatat, saat ini Rupiah berada di Rp 15.206 per USD.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat Nilai tukar Rupiah (NTR) masih mengalami depresiasi atau melemah terhadap Dolar AS di kuartal III-2018. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara menegaskan, pelemahan tersebut masih dalam volatilitas yang terjaga.
"Tekanan depresiasi Rupiah pada September 2018 dan kemudian berlanjut pada Oktober 2018 sejalan dengan pergerakan mata uang negara peers," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Selasa (23/10).
Hingga September 2018, BI mencatat Rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,07 persen dan sedikit melemah pada Oktober 2018.
"Dengan perkembangan ini, maka secara year to date (ytd) sampai dengan 22 Oktober 2018, Rupiah terdepresiasi 10,65 persen," ujarnya.
Namun demikian, depresiasi Rupiah masih lebih rendah dari pelemahan yang terjadi di Brasil, India, Afrika Selatan, dan Turki.
Ke depan, Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar, didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
"Kebijakan tersebut diarahkan untuk menjaga volatilitas Rupiah serta kecukupan likuiditas di pasar sehingga tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tutupnya.
Baca juga:
Pertamina godok skema pembelian minyak gunakan Rupiah
Bergerak menguat, Rupiah bertengger di level Rp 15.187 per USD
6 Prestasi mentereng dan kritik pedas di 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK
Putusan BI pertahankan suku bunga acuan sesuai ekspektasi pelaku pasar modal
Ini kondisi terkini perekonomian dunia pantauan Bank Indonesia
Hemat devisa, pemeriksaan kesehatan disarankan tak harus keluar negeri