OJK Catat Kredit Paylater Naik Jadi Rp21,77 Triliun pada 2024
Peningkatan ini sejalan dengan jumlah rekening mencapai 24,51 juta.
Produk kredit pay later atau Buy Now Pay Later (BNPL) mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi per November 2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kredit paylater perbankan mencapai Rp21,77 triliun secara tahunan (year on year/yoy).
"Per November 2024 baki debet kredit BNPL tumbuh 42,68 persen yoy menjadi Rp21,77 triliun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam konferensi pers RDKB, Selasa (7/1).
- Hati-Hati, Pengajuan KPR Bisa Ditolak Bank Jika Ada Utang Nunggak di Pinjol Meski Hanya Rp200.000
- Salurkan Kredit Rp53 Triliun , Bank DKI Raup Laba Bersih Rp338 Miliar Hingga Juni 2024
- OJK Catat, Utang Paylater Orang Indonesia Tembus Rp6,81 Triliun per Mei 2024
- Data OJK: Kredit Perbankan Tumbuh 13,09 Persen Jadi Rp7.310 Triliun
Peningkatan ini sejalan dengan jumlah rekening mencapai 24,51 juta jika dibandingkan dengan Oktober 2024 yang sebesar 23,27 juta. Artinya rekening BNPL mengalami peningkatan sebesar 1,24 juta dalam sebulan.
"Ini menunjukkan bahwa memang bank sendiri melaksanakan ekspansi kredit yang terkait dengan konsumsi itu cukup signifikan melalui pay later," jelas Dian.
"Saya kira menunjukkan concern perbankan kita terhadap kebutuhan masyarakat secara umumnya, masyarakat yang membutuhkan dalam level yang sebetulnya bisa dikatakan kreditnya adalah kredit kecil," lanjut dia.
Di sisi lain, kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pada November 2024, pertumbuhan kredit masih melanjutkan double digit growth sebesar 10,79 persen yoy menjadi Rp7.717 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 13,77 persen, diikuti oleh Kredit Konsumsi 10,94 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja 8,92 persen.
Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 12,41 persen yoy. Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 16,19 persen, sementara kredit UMKM juga tetap tumbuh sebesar 4,02 persen.