OJK: Saham Berbasis Syariah Lebih Resilient
Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sarjito mengatakan, kapitalisasi pasar saham syariah tumbuh dengan konsisten. Dalam kalkulasi OJK, memang masih banyak saham-saham yang belum masuk kategori syariah.
Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sarjito mengatakan, kapitalisasi pasar saham syariah tumbuh dengan konsisten. Dalam kalkulasi OJK, memang masih banyak saham-saham yang belum masuk kategori syariah.
Tetapi seiring berjalannya waktu, dia menegaskan perkembangan saham syariah akan terus tumbuh. "Dari hasil asesmen dan fakta-fakta juga menyebutkan bahwa saham-saham yang berbasis syariah itu juga lebih resilient dibandingkan dengan saham-saham yang tidak berbasis syariah," imbuhnya dalam webinar Menggenjot Akselerasi Keuangan Syariah Di Kalangan Milenial, Jumat (25/6).
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Kenapa doa ke pasar dianjurkan? Doa ke pasar adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri di saat banyak orang lalai karena bertransaksi. Mengunjungi pasar merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh banyak orang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
-
Apa yang diraih oleh Bank Syariah Indonesia? BSI mendapatkan penghargaan sebagai The Indonesia Customer Experience of The Year – Banking Award dalam ajang Asian Experience Awards 2023.
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
Namun sayangnya, jumlah investor saham syariah di Indonesia masih rendah. Di mana, investor aktifnya saja hanya tercatat 24,7 persen, dan rasio investor syariah dari total investor sebesar 4,1 persen saja.
"Dari data-data yang yang ada, jumlah investor saham syariah ini memang masih sangat kecil," kata Sarjito.
Menurut dia, kecilnya angka investor syariah dikarenakan tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah masih rendah. Diperlukan dorongan dari Pemerintah agar angka tersebut meningkat.
Berdasarkan survei Nasional Keuangan Indonesia tahun 2019 yang dilakukan OJK menunjukkan tingkat literasi keuangan syariah masih rendah hanya dikisaran 8,93 persen, dan inklusi keuangan Syariah di angka 9,10 persen. Dengan kata lain hanya 9 dari 100 orang dewasa Indonesia yang mengenal produk keuangan syariah dengan baik.
Selanjutnya
Di sisi lain, dia menambahkan, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, investor Sukuk Ritel 014 Syariah di Indonesia memang didominasi oleh generasi milenial berusia 19-39 tahun sebesar 36,40 persen.
Kemudian di urutan kedua oleh generasi X berusia 40-54 tahun sebesar 34,75 persen. Lalu, generasi baby boomers rentang usia 55-73 tahun 25,86 persen. Selanjutnya, generasi tradisionalis 74-91 tahun sebesar 2,06 persen, dan generasi Z usia kurang dari 19 tahun jumlahnya sekitar 0,93 persen.
"Sukuk retail rupanya dari data jelas ini bahwa generasi milenial itu paling dominan 36,40 persen walaupun masih berdekatan dengan generasi X yang umur 40 sampai 54 tahun emang lebih senior biasanya lebih kaya sebesar 34,75 persen, tetapi rupanya sekarang sudah bergeser pada generasi milenial," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)