Omzet pertanian durian daerah ini capai Rp 200 miliar
Produksi durian Trenggalek tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu.
Omzet ekonomi dari hasil produksi pertanian durian di beberapa sentra perkebunan durian di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur ditaksir mencapai Rp 200 miliar selama Januari hingga awal April 2016.
"Itu dengan asumsi harga masih Rp 20 ribu per kilogram. Produksi durian Trenggalek tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu dengan volume mencapai 10 ribu ton per akhir Maret atau awal April ini," kata Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek Joko Surono seperti ditulis Antara Trenggalek, Kamis (7/4).
-
Di mana Widari dan Dicky menjalankan usaha dawet durian dan pedesan? Meskipun hanya memanfaatkan teras rumah di wilayah perdesaan, ibu dan anak ini membuktikan usahanya bisa sukses Ibu dan anak di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur membagikan rahasia sukses usaha kuliner yang digelutinya.
-
Apa itu Lempok Durian? Lempok durian menjadi favorit di Bengkulu, Jambi, Palembang, Bengkalis, Pekanbaru, dan sejumlah daerah lain di Sumatra. Camilan ini menyajikan perpaduan unik antara rasa kenyal dari lempok tradisional dengan cita rasa kuat dan khas dari buah durian.
-
Kapan durian Si Layung dipetik? Jam-jam tersebut memang menjadi daya tarik, karena warnanya yang indah dengan pemandangan matahari terbit.
-
Di mana Durian Si Layung ditanam? Mengutip laman Disparbud Jabar, durian Si Layung merupakan produk asli dari Kecamatan Salopa di Kabupaten Tasikmalaya.
-
Di mana Lempok Durian berasal? Indonesia dikenal kaya akan kuliner tradisional yang memikat, salah satunya adalah lempok durian, jajanan khas yang berasal dari beberapa daerah di Sumatra.
Volume produksi durian dari beberapa sentra perkebunan dan kawasan hutan di Trenggalek masih akan terus bertambah. Mengacu data produksi tahun lalu (2015), Joko menyebut volume panen durian yang tercatat di Dispertahutbun Trenggalek mencapai 15.731,4 ton.
Jika volume itu dirupiahkan dengan asumsi harga rata-rata Rp 20 ribu per kilogram saja, kata Joko, omzet penjualan hasil panen durian bisa mencapai Rp 314,628 miliar.
"Untuk kurun 2016 ini volume pasti belum terhitung. Tapi kami memperkirakan sudah mencapai 10 ribu ton lebih dan akan terus bertambah dan bertambah," tutur Joko.
Selain durian, produk holtikultura lain yang tak kalah besar potensi ekonominya di wilayah pesisir selatan Trenggalek, khususnya wilayah Kecamatan Watulimo adalah buah manggis, salak serta pisang.
Volume produksi perkebunan manggis selama kurun 2015 mencapai 1.900 ton dengan harga jual rata-rata Rp 10 ribu per kilogram, sehingga total omzet ditaksir mencapai sekitar Rp 19 miliar.
"Produk-produk holtikultura ini yang kami ingin ke depan terus dikembangkan. Pak bupati (Emil Elestianto Dardak) sudah berkomitmen untuk mendukung program ekowisata sekaligus produk-produk holtikultura daerah untuk dikembangkan mulai dari hulu hingga hilir," ujarnya.
Khusus untuk produk durian, sentra produksi perkebunan terbesar disebut Joko ada di wilayah Kecamatan Watulimo, Munjungan, Kampak, Panggul, Dongko, serta sebagian Bendungan.
Baca juga:
Dorong produksi beras, Bulog benahi infrastruktur pascapanen
Pemerintah pakai teknologi ini cegah resiko bibit sawit gagal
Pemerintah janji tingkatkan kesejahteraan pelaku usaha di desa
Pemerintah janjikan modernisasi alat pertanian
Ini cara Mentan Amran bantu petani saat harga karet anjlok
Tak hanya Brebes, ini daerah penghasil bawang merah di Indonesia
Harga cabai melonjak hingga Rp 60.000, ini penjelasan Kementan