Pembantu rumah tangga pembeli utama kosmetik palsu
Faktor harga murah dan ketidaktahuan konsumen.
Pembantu rumah tangga menjadi pelanggan utama kosmetik palsu. Itu berdasarkan survei terkini terkait peredaran obat dan kosmetik palsu yang dibuat oleh Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
"Kosmetik palsu ini berbahaya," ucap Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) Widya Buenastuti saat Talkshow tentang bahaya obat dan kosmetik palsu, di Jakarta, Selasa (20/5).
-
Apa yang diungkapkan oleh Plt. Kepala BPOM tentang produk kosmetik dan obat herbal di Indonesia? “Indonesia memiliki banyak sekali produk obat-obatan herbal, suplemen kesehatan, maupun kosmetik yang bisa diproduksi dalam negeri dengan bahan baku lokal,” kata Rizka dikutip pada Minggu (4/8).
-
Bagaimana mengatasi kulit belang dengan produk perawatan kulit? Produk perawatan kulit yang mengandung bahan seperti asam kojik, asam askorbat (vitamin C), niacinamide, atau retinoid dapat membantu mengurangi produksi melanin dan memudarkan noda kulit.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Apa ciri-ciri skincare yang tidak cocok di kulit? Ciri-ciri skincare tidak cocok di kulit penting diketahui setiap orang, terutama kaum perempuan. Saat ini, tidak sedikit produk kecantikan yang justru membuat kulit rusak, seperti lebih gelap atau mengelupas. Hal ini terjadi karena pengguna tidak cocok dengan kandungan yang ada di dalam skincare tersebut.
-
Dari mana produk kosmetik yang diekspor ke Malaysia berasal? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
-
Siapa yang bertugas memastikan produk skincare aman di Indonesia? BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) bertanggung jawab untuk memastikan produk skincare yang dijual aman dan memenuhi standar keamanan yang berlaku di Indonesia, sehingga wajib bagi pebisnis skincare untuk mendapatkan izin BPOM.
Menurut Widya, peredaran obat dan kosmetik palsu di Tanah Air semakin mengkhawatirkan. Sayangnya, Dia tak memiliki data pasti mengenai seberapa banyak obat dan kosmetik palsu beredar di pasaran.
Berdasarkan survei, alasan utama yang membuat obat dan kosmetik palsu masih laris manis adalah karena harganya yang murah. Selain itu, penjual memanfaatkan ketidaktahuan konsumen.
"Konsumen dalam kondisi ini tentunya menjadi korban yang tentunya telah dirampas hak-haknya," tegasnya.
Terkait itu, Widya memberikan sejumlah saran agar konsumen terhindar dari obat dan kosmetik palsu. Antara lain, membeli di toko resmi, mengecek nomor registrasi.
"Kemudian lihat kemasan sesuai dengan kemasan disetujui BPPOM. Ada nggak keterangan siapa produsennya. Ini sudah terlindung dalam UU Perlindungan konsumen."
(mdk/yud)