Pemerintah seriusi garap batu akik buat pemasukan negara
Pemerintah terinspirasi Prancis yang mampu meraup Rp 238 triliun dari perdagangan batu mulia.
Pemerintah tengah menggenjot kinerja ekonomi kreatif guna meningkatkan pemasukan negara. Salah satu yang diseriusi ialah industri batu mulia khususnya batu akik.
Indonesia dinilai perlu mencontoh negara lain yang mampu memanfaatkan batu mulia menjadi pemasukan yang potensial. Salah satunya bisa dilihat di Prancis yang pada 2013 bisa meraih pemasukan dari perdagangan batu mulia mencapai USD 17 miliar atau setara Rp 238 triliun.
"Dari sisi ekonomi kreatif batu mulia sungguh luar biasa," ujar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti dalam siaran persnya di Jakarta, Sabtu (24/10).
Dia menambahkan, pihaknya tengah meningkatkan kembali tren batu akik yang sempat tenggelam. Esthy mengharapkan potensi industri batu mulia bisa lebih ditingkatkan lagi, agar produk ini bisa dimanfaatkan menjadi daya tarik wisata. Setelah industri ekonomi kreatif berkembang, maka industri pariwisata pun akan turut berkembang.
"Batu mulia ini tidak hanya diminati dari kalangan atas, tetapi juga semua lapisan. Ada juga manfaatnya untuk kesehatan yang nanti diungkap oleh para ahli. Inilah yang jadi keunggulan," ungkapnya.
Menurut Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia Yanti Sukamdani, batu mulia Indonesia tidak kalah dengan batu lain asal Brasil, India, Birma dan lainnya. Beberapa provinsi yang dikenal mengandung potensi batu mulia seperti diantaranya Nangroe Aceh Darussalam (Giok nefrit, fluorit, aventurin, kuarsa merah jambu, serpentin, kristal kuarsa, idoraks).
Kemudian, Sumatera Barat (kecubung ungu, garnet), Riau (intan), Jambi (koral tersilifikasi, fosil kayu), Sumatera Selatan (Kalsedon biru, kecubung aleksandrit), Lampung (beragam jenis akik, amber), Banten (opal, geode, akik), Jawa Barat (krisokola, krisopras, opal biru, kalsedon ungu, batu pancawarna, batu sabun). Jawa Tengah (Giok Jawa, heliotrop, tektit), Jawa Timur (karnelian, kalsedon, geode), Papua, Borneo, NTT dan provinsi lainnya.
Yanti mengakui, batu mulia Indonesia mulai mendapat tempat di hati masyarakat, perkembangan ini tidak lepas dari sejarah panjang keberadaan dan potensi batu mulia di wilayah nusantara.
"Potensi batu mulia dan perhiasan Indonesia sangat besar sehingga menarik wisatawan nusantara dan mancanegara mencari berbagai batu mulia dan perhiasan di sentra-sentra produksinya di daerah-daerah," katanya.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pariwisata Indonesia dan perekonomian daerah, potensi batu mulia dan perhiasan nusantara perlu terus dipacu melalui berbagai promosi kepada calon pembeli dan investor dalam maupun luar negeri, baik melalui pameran dalam negeri maupun keikutsertaan dalam pameran internasional.