Penanggungan PPh 21 Dinilai Kurang Efektif Redam Dampak Virus Corona
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai, strategi ini tidak efektif. Menurutnya, seharusnya pemerintah memberi insentif bagi yang terdampak, seperti industri yang bahan bakunya masih impor.
Pemerintah tengah menyiapkan kebijakan stimulus ke-II sebagai upaya menangkal dampak penyebaran virus corona. Salah satunya adalah menanggung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atau pajak karyawan selama satu semester atau enam bulan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai, strategi ini tidak efektif. Menurutnya, seharusnya pemerintah memberi insentif bagi yang terdampak, seperti industri yang bahan bakunya masih impor.
-
Kapan Faisal Basri meninggal? Namun takdir berkata lain, Ramdan mengaku kalau sekira pukul 04.30 WIB atau waktu Subuh tadi, Faisal telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah melalui masa kritis pada dua hari lalu.
-
Di mana Faisal Basri dimakamkan? Sebagai informasi, nantinya pemakaman almarhum Faisal Basri akan dilakukan sekitar Ba’da Ashar dari Masjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
-
Kapan Faisal Basri wafat? Diketahui, almarhum wafat pada pagi dini hari, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta.
-
Apa yang dikhawatirkan Faisal Basri mengenai family office? Alih-alih menguntungkan negara, Faisal justru mengkhawatirkan rencana tersebut akan menjadi tempat pencucian uang, seperti yang terjadi di Singapura.
-
Siapa yang menyatakan duka atas wafatnya Faisal Basri? Guru Besar Hukum Tata Negara Mahfud MD, mengaku berduka atas berpulangnya salah satu tokoh ekonom bangsa, Faisal Basri.
-
Apa yang dilakukan Mahfud MD bersama Faisal Basri? Momen terakhirnya bersama almarhum adalah saat dirinya masih menjabat sebagai menko polhukam. Kala itu, Faisal Basri turut terlibat dalam tim ahli dari Satgas Anti Pencucian uang yang dibentuk pemerintah.
"Ya saya sih oke oke saja gitu enggak bayar pajak. Dapat gaji penuh. Enak lah. Tapi apakah kita terdampak? Kan tidak. Lebih baik bantu ke mereka yang terdampak. Yang jualan cenderamata di Bali, kalau fix income gak berdampak secara langsung," kata Ekonom Senior INDEF Faisal Basri, dalam kegiatan diskusi di Kantor Pusat ISEI, Jakarta, Kamis (12/3).
Menurutnya, untuk meningkatkan daya beli masyarakat, pemerintah tidak perlu mengeluarkan kebijakan-kebijakan, seperti memberikan diskon tiket pesawat hingga 50 persen, dan lain sebagainya. "Kalau mau naikkan daya beli, kasih saja seluruh rakyat sejuta per orang. Ayok belanja belanja! Sekalian saja begitu," katanya.
Untuk mencegah penyebaran virus corona, seharusnya pemerintah menyebarkan alat atau kit untuk tes kepada masyarakat Indonesia, serta dia menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan penelitian akan fokus ke mana.
Dia juga menyayangkan tindakan pemerintah yang kurang serius menangani pencegahan di Indonesia terkait corona. Terlebih lagi, sudah ada puluhan orang yang terjangkit virus corona.
"Kenapa? Karena gagal deteksi di tiap Bandara, sadarilah kita lemah, yang datang ke Indonesia wisatawan Cina pada Januari berjumlah 181.300 orang," ujarnya.
Dia pun meminta agar pemerintah lebih terbuka mengenai penyebaran viorus corona di Indonesia. "Berapa persen yang udah dites di Indonesia yang positif dan negatif? Berapa ribu? Enggak ada. Bayangkan Korsel itu 400 ribu dites warganya. Kalau kita nggak tahu nih. Pemerintah cuma bilang jaga kesehatan ya jaga kesehatan minum vitamin c," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)