Penghasilan Turun, Masyarakat Tak Akan Langsung ke Mal di 15 Juni
Konsumen akan mempertimbangkan terlebih dahulu untuk pergi ke mal, dikarenakan pemikiran kekhawatiran terhadap gelombang kedua covid-19, atau karena penghasilan mereka yang menurun.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) A. Stefanus Ridwan memperkirakan bahwa pengunjung mal tidak akan membludak ketika dibuka kembali 15 Juni 2020 nanti. Menurutnya, masyarakat sudah mempertimbangkan second wave atau gelombang kedua covid-19.
"Kalau kita bukan nanti new normal mal tanggal 15 Juni untuk Jakarta, apakah akan banyak orang beramai-ramai ke sana? Saya rasa itu tidak akan terjadi, walaupun orang rindu ke mal bukan berarti mereka langsung pergi," kata Stefanus dalam webinar MarkPlus Industry Roundtable sektor Ritel, Selasa (9/6).
-
Kenapa usaha risoles Mistiyati mengalami penurunan saat pandemi? "Saya dulunya tujuh tahun jadi pedagang risoles keliling pakai motor sambil anter anak sekolah. Trus pas pandemi, penjualan saya turun jauh, karena konsumen pada takut beli,” ujarnya seperti dilansir dari tangerangkota.go.id.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa yang dilakukan perajin batik di Giriloyo ketika pandemi COVID-19? “Pekerjaan kami hanya baca sholawat setiap hari. Saya berdoa sambil nangis,‘Ini kehendak-Mu ya Allah. Kalau memang Engkau menakdirkan seperti ini saya ikhlas’,” ujar Ninik mengenang kembali masa-masa sulit itu.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Menurutnya, konsumen akan mempertimbangkan terlebih dahulu untuk pergi ke mal, dikarenakan pemikiran kekhawatiran terhadap gelombang kedua covid-19, atau karena penghasilan mereka yang menurun. Sebab, dalam fase new normal mereka baru mendapatkan kembali pekerjaan setelah lama dirumahkan atau ter-PHK.
Dia pun mencontohkan, pengalaman dari China yang mulai dari 10 persen lalu merangkak ke atas pelan-pelan dalam mencapai pertumbuhan sektor ritel di fase new normal.
Sebelumnya, Stefanus mengatakan penjualan sudah menurun saat Presiden mengumumkan dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang terinfeksi covid-19, lalu penurunan dilanjut dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang membuat orang semakin takut untuk keluar rumah.
Penurunan tersebut dikarenakan perubahan perilaku belanja konsumen yang beralih pada peningkatan pembelian makanan dan belanjaan, pasokan medis, kesehatan, kebutuhan internet, pendidikan online, hiburan untuk #stayathome seperti Netflix, Iflix, dan game online.
"Covid-19 ini tentu mengubah perilaku konsumsi masyarakat, seperti income-nya kebanyakan turun dan perubahan prioritas konsumen berubah tidak melakukan pembelian kebutuhan sekunder," ungkapnya.
Banyak PHK
Tidak lama setelah adanya covid-19, banyak orang yang di-PHK dan di rumahkan, sehingga sebagian orang hanya memiliki tabungan yang tipis, jadi mau tidak mau mereka memenuhi kebutuhan primer terlebih dulu.
"Apalagi kalau kita lihat yang boleh buka itu hanya supermarket, apotek, bank, dan lain-lainnya, kesempatan aktivitas sosialnya hilang, kalau kita lihat bergaul dengan teman tidak ada lagi, sekarang hanya lewat zoom saja, kumpul-kumpul sudah tidak ada sehingga menyebabkan penjualan di offline turun tidak ada yang beraktivitas keluar, sehingga menyebabkan penjualan online lebih besar dari pada offline," ujarnya.
Tentunya, menurut Stefanus juga berdampak pada penjualan online, banyak orang yang kecewa barang yang tidak sesuai, atau barangnya mahal, dan pengirimannya makin lama imbas dari PSBB.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)