Pengusaha Ritel Klaim Kelangkaan Minyak Goreng Hanya Terjadi pada Produk Bersubsidi
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengklaim tidak terjadi kelangkaan minyak goreng. Kelangkaan minyak goreng hanya terjadi pada produk bersubsidi. Minyak goreng, menurutnya, masih banyak yang menjual di pasar dan toko online atau e-commerce.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengklaim tidak terjadi kelangkaan minyak goreng. Kelangkaan minyak goreng hanya terjadi pada produk bersubsidi. Minyak goreng, menurutnya, masih banyak yang menjual di pasar dan toko online atau e-commerce.
"Sebetulnya tidak langka, enggak ah. Yang ngantri kan yang mau beli minyak goreng harga Rp 14.000. Coba lihat di online dan di pasar banyak stoknya, mau beli berapa aja boleh, tapi mungkin harganya lebih dari Rp 14.000 bisa mencapai Rp 20 ribu per liter," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin, kepada Liputan6.com, Rabu (23/2).
-
Kapan minyak goreng akan membeku? Minyak goreng yang membeku biasanya terjadi pada saat berada pada suhu ruang yang lebih dingin, yaitu di bawah 24 derajat celcius.
-
Apa yang dibutuhkan untuk menjernihkan minyak goreng? Dengan menambahkan satu peralatan yang umumnya ada di dapur, minyak goreng dapat kembali jernih.
-
Siapa yang merintis bisnis minuman sarang walet? Sebuah perusahaan ternama asal Bojonegoro berhasil menguasai pasar olahan sarang burung walet dalam bentuk minuman kemasan. Menariknya, cikal bakal minuman sarang burung walet pertama di Indonesia ini muncul dari pengalaman pribadi sang pemilik perusahaan.
-
Mengapa minyak goreng menjadi keruh? Proses penggorengan, terutama makanan yang bercita rasa, dapat meninggalkan residu pada minyak. Akibatnya, minyak goreng menjadi keruh.
-
Apa yang membuat nasi minyak mirip dengan kuliner Timur Tengah? Sekilas, makanan ini mirip sekali dengan hidangan kuliner ala Timur Tengah.Hidangan ini biasa dijumpai di meja makan saat pesta pernikahan, syukuran, Idulfitri, Iduladha, dan acara besar lainnya.Makanan ini berupa nasi yang dimasak menggunakan minyak samin bersama dengan rempah-rempah.
-
Siapa yang bertanya tentang minyak goreng dalam iklan tersebut? Dalam potret ini, Aaliyah terlihat berinteraksi dengan sang ayah dan bertanya tentang minyak goreng yang dia bawa sebelumnya.
Solihin menjelaskan, berdasarkan hasil diskusi dengan produsen dan Satgas Pangan, produsen menyatakan tidak terjadi penurunan produksi. Artinya tidak ada kelangkaan minyak goreng.
"Yang langka itu yang jual Rp 14.000, misalnya sejak tanggal 19 Januari pukul 00.00 WIB, Menteri minta seluruh anggota APRINDO menjual satu harga Rp 14.000 untuk premium otomatis kita mengikuti instruksi tersebut," ujarnya.
Lantaran konsumennya bertambah dan harganya murah maka otomatis terjadi lonjakan pembelian. Ditambah masyarakat panik.
"Barang ada (Minyak goreng) itu yang terjadi sehingga di ritel modern kesannya barang sering kosong. Jadi, anggota APRINDO tidak memproduksi minyak tapi menjual," ujarnya.
Masyarakat Hanya Mengincar Produk Bersubsidi
Tak hanya itu saja, faktor terjadinya kelangkaan karena masyarakat enggan membeli minyak goreng melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah. Dia menegaskan kembali, banyak yang menjual minyak goreng.
"Pertanyaannya kenapa langka? menurut saya tidak langka, tapi pembeli mau gak beli dengan harga lebih dari Rp 14.000. Di online banyak yang jual, tapi harganya tidak bisa Rp 14.000," ucapnya.
Pihaknya berharap kepada Satgas Pangan, agar pengaturan HET bisa diterapkan di seluruh segmen penjualan, tidak hanya berlaku di ritel modern. Hal tersebut perlu dilakukan agar konsumen tidak membeli barang di satu tempat saja.
Sebelumnya, memang pemenuhan minyak goreng dari distributor hanya mencapai rata-rata 6 persen. Namun, sekarang keadaannya sudah membaik dan distributor bisa memasok hingga 11-16 persen.
"Data saya 11-16 persen (kenaikan pasokan/pengiriman dari produsen), artinya sudah memenuhi? ya belum," pungkas Solihin.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)