Penjelasan Lengkap soal Indonesia Terperosok ke Resesi Ekonomi
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu juga menjelaskan secara sederhana yaitu, resesi diartikannya melalui pengertian rule of thumb Julius Shiskin, yakni kontraksi produk domestik bruto (GDP) secara tahunan selama dua kuartal berturut-turut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi atau minus 3,49 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini memastikan bahwa ekonomi Indonesia masuk ke jurang resesi. Sebab, kuartal sebelumnya atau di kuartal II-2020, ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32 persen.
Dengan kondisi ini, apakah ekonomi Indonesia kini mengalami resesi?
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen secara tahunan? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah memberikan penjelasan. Ekonomi suatu negara dikatakan masuk ke jurang resesi jika pertumbuhan ekonomi tercatat minus di dua kuartal berturut turut.
"Resesi itu secara year on year, dua kuartal (negatif) berturut-turut," ujar Menteri Sri Mulyani saat konferensi pers secara online, Jakarta, Rabu (5/8) lalu.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu juga menjelaskan secara sederhana yaitu, resesi diartikannya melalui pengertian rule of thumb Julius Shiskin, yakni kontraksi atau minus produk domestik bruto (GDP) secara tahunan selama dua kuartal berturut-turut.
"Resesi ini kan kalau dipahami itu biasanya kita supaya gampang pakai rule of thumb, kalau dalam 2 kuartal berturut-turut negatif. Kenapa perlu rule of thumb, karena secara substansial resesi enggak segampang itu," jelas dia dalam sesi webinar, Jumat (25/9).
Dia menjelaskan, definisi resesi secara substansial sebenarnya tidak sesimpel itu. Menurut dia, resesi merupakan proses perlambatan ekonomi secara keseluruhan.
Berkaca pada sejarah, Indonesia disebutnya pernah mengalami kontraksi ekonomi dalam pada kurun waktu 1997-1998. Tapi setelah itu, Febrio menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif positif.
Namun, Febrio berpendapat, perhitungan resesi di Indonesia masih lemah lantaran jarang memainkan data terkini. Sebagai perbandingan, dia mencontohkan Amerika Serikat.
"Tapi perekonomian kita beda dengan di negara maju. Kita sering ngikuti Amerika Serikat, karena data mereka bagus. Tiap bulan bisa keluar data pengangguran berapa, kita cuma 2 kali setahun. Jadi mereka bisa mengatakan reesesinya bulan berapa," tuturnya.
Tanda Resesi Terlihat di Kuartal I-2020
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu menyebut Indonesia sejauh ini sudah masuk resesi ekonomi. Menurutnya, tanda-tanda resesi pun sudah terlihat sejak adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yakni 2,97 persen.
Seperti diketahui, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelumnya berada di kisaran 5 persen. Namun setelah adanya pandemi Covid-19 membuat seluruh perekonomian dunia tak kecuali Indonesia alami perlambatan cukup mendalam.
Pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia kembali terkoreksi sebesar minus 5,32 persen. Sementara pemerintah juga kembali memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 tetap mengalami pertumbuhan negatif yakni di antara minus 2,9 persen sampai dengan minus 1 persen.
"Jadi satu tahun ini kita emang sudah jelas ini resesi," kata dia dalam video conference di Jakarta, Kamis (1/10).
Dia memahami, resesi ekonomi itu terjadi jika ada perlambatan aktivitas ekonomi secara berkepanjangan. Indonesia sendiri sudah mengalami tanda-tanda perlambatan itu sejak kuartal I-2020 sampai dengan kuartal III-2020 yang nantinya akan diumumkan BPS.
Kendati begitu, resesi yang terjadi di Indonesia bukanlah hal yang menakutkan. Sebab, seluruh negara-negara di dunia atau hampir 92 persen juga mengalami resesi ekonomi akibat dampak dari wabah virus corona.
"Jadi kita harus lihat perspektif yang lain juga pemerintah, seluruh dunia berusaha merespon terhadap perlambatan ekonomi masing-masing ada yang berhasil ada yang kurang berhasil ada yang tidak berhasil," tandas dia.
Tak Seburuk 1998
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menilai kondisi ekonomi yang diprediksi mengalami kontraksi dan membawa pada resesi pada triwulan III-2020 tidak akan seburuk krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada 1998.
"Kami melihat fundamental ekonomi masih kuat, kondisi perbankan kita masih kuat, berbeda dengan krisis tahun 1998 atau 2008 di mana industri keuangan kita sudah hancur," kata Sarman dikutip dari Antara di Jakarta, Senin (28/9).
Dia menegaskan bahwa para pengusaha sejatinya tidak khawatir dengan dampak resesi, namun lebih kepada pandemi Covid-19 itu sendiri jika terjadi secara berkepanjangan. Pandemi yang terjadi berkepanjangan ini justru berpotensi membuat para pengusaha tidak lagi mampu bertahan, menimbulkan masalah sosial hingga memasuki depresi ekonomi.
Menurut dia, resesi ekonomi di tengah pandemi Covid-19 tentu saja tidak bisa terelakkan, mengingat sejumlah negara maju bahkan telah lebih dahulu mengalaminya.
Dalam kondisi tersebut, pengusaha tidak punya pilihan selain mengambil langkah bertahan, seperti efisiensi biaya operasional, termasuk sumber daya manusia yang mengakibatkan pengurangan karyawan.
"Efisiensi, kemudian mengurangi berbagai pengeluaran-pengeluaran yang mungkin tadinya ada dalam jangka menengah-panjang, akan direvisi. Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi pengurangan karyawan," kata dia.
Sarman menambahkan bahwa pengusaha mendorong agar pemerintah melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional mempercepat ketersediaan vaksin, menambah kemampuan testing spesimen, hingga menambah kesediaan tempat tidur di rumah sakit dan ruang isolasi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 diproyeksi terkontraksi minus 2,9 persen sampai minus 1,1 persen.
(mdk/idr)