Penjualan Rokok Sampoerna Turun Akibat Kenaikan Tarif Cukai dan Covid-19
Presiden Direktur PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) Mindaugas Trumpaitis mencatat, penjualan rokok Sampoerna pada semester I-2020 mencapai 38,4 miliar batang, turun 18,47 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 47,1 miliar batang.
Presiden Direktur PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) Mindaugas Trumpaitis mencatat, penjualan rokok Sampoerna pada semester I-2020 mencapai 38,4 miliar batang, turun 18,47 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 47,1 miliar batang. Hal ini dipengaruhi kenaikan tarif cukai dan Harga Jual Eceran (HJE) serta pandemi covid-19.
"Untuk industri rokok, kenaikan tarif cukai rata-rata 24 persen dan harga jual eceran sebesar 46 persen yang berlaku pada 2020, serta pandemi covid-19, menjadi dua faktor utama yang memberikan dampak signifikan pada kinerja industri ini yang telah menyebabkan penurunan volume penjualan hingga dua digit," ujar Mindaugas saat paparan publik secara virtual di Jakarta, dikutip Antara, Jumat (18/9).
-
Kapan Perang Cumbok berakhir? Konflik yang berlangsung sampai pertengahan Januari 1946 ini dimenangkan oleh kelompok PUSA yang didukung langsung oleh milisi rakyat dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
-
Bagaimana Soemiran Karsodiwiryo memulai bisnis rokoknya? Pada tahun 1946, ia membuat rokok kretek klobot dengan nama Cap Ikan Dorang.
-
Kapan kelima RUU Kerja Sama Pertahanan ini akan disahkan? Komisi I DPR dan pemerintah menyepakati membawa lima Rancangan Undang-Undang (RUU) Kerja Sama Bidang Pertahanan ke rapat paripurna terdekat untuk disahkan menjadi Undang-undang.
-
Kapan Cak Imin ikut potong tumpeng di IKN? Gibran Rakabuming Raka mengungkit keikutsertaan Muhaimin Iskandar pada acara potong tumpeng di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Apa saja isi dari kelima RUU Kerja Sama Pertahanan tersebut? Adapun lima negara yang akan menjalin kerja sama pertahanan dengan Indonesia itu antara lain Republik India, Republik Perancis, Persatuan Emirat Arab, Kerajaan Kamboja, dan Republik Federatif Brasil. Kerja sama dengan lima negara itu bakal dibahas dalam RUU masing-masing.
Selain itu volume industri turun sebesar 15 persen. Sementara daya beli konsumen yang lebih rendah memiliki tren penurunan yang yang kian cepat, sehingga Sampoerna pun menghadapi tantangan selama April-Juni 2020 kinerja perseroan terkoreksi.
Sepanjang semester I-2020 total pangsa pasar perusahaan mencapai 29,3 persen atau turun 3,1 persen, sementara volume pengiriman 38,5 miliar batang atau turun18,2 persen.
"Di tengah tantangan tersebut, Sampoerna menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnisnya dan menjawab tren yang berubah. Sebagai contoh kami meluncurkan produk SKM tar tinggi untuk merespon pergeseran permintaan," imbuhnya.
Dia menjelaskan, sepanjang 2019 pangsa pasar Sigaret Kretek Tangan (SKT) Sampoerna 36,3 persen, sedangkan pangsa pasar Sigaret Putih Mesin (SPM) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM) masing-masing sebesar 57,2 persen dan 29,6 persen. Pihaknya berkomitmen terus mendukung pemerintah menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi industri tembakau.
Sampoerna, dengan total karyawan langsung dan tidak langsung sebesar lebih dari 60.000 orang, adalah merupakan produsen SKT terbesar di Indonesia. Sebanyak 50.000 di antaranya merupakan karyawan SKT di empat pabrik SKT Sampoerna dan 38 Mitra Produksi Sigaret yang tersebar di 27 kota/kabupaten di Pulau Jawa.
Sepanjang 2015 - 2019 volume penjualan SKT Sampoerna terus terkoreksi dan berdasarkan perhitungan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 5 tahun, volume penjualan SKT perseroan rata-rata berkontraksi 5,4 persen per tahun dari 23,1 miliar batang pada tahun 2015 menjadi 18,4 miliar batang rokok pada tahun 2019.
Menurut Mindaugas, kunci utama untuk melindungi segmen SKT yang padat karya adalah dengan membuat kebijakan cukai yang mendukung daya saingnya dibandingkan rokok mesin, baik SKM maupun SPM, yang jauh lebih sedikit menyerap tenaga kerja.
"Untuk itu, kami berharap ada keberpihakan bagi segmen SKT dengan tidak menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran untuk 2021," ujar Mindaugas.
Untuk segmen rokok mesin, dia mengusulkan kenaikan pajak yang sesuai dengan inflasi dan kebijakan tarif menurut kategori. "Kami meyakini bahwa pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan perpajakannya dari produk-produk tembakau," tandasnya.
(mdk/azz)