Penyebab Indonesia Masih Impor Bahan Baku Obat
Kimia Farma mendapatkan izin untuk mengembangkan bahan baku obat chemical. Beberapa bahan baku obat yang baru diproduksi Kimia Farma yaitu atorvastatin dan simvastatin.
Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarma mengakui bahwa Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan bahan baku obat. Sebab, saat ini jumlah perusahaan yang produksi bahan baku obat kurang dari 10.
Salah satu perusahaan bahan baku obat yaitu Kimia Farma. Namun, perusahaan plat merah ini baru memproduksi bahan baku obat sejak tahun 2019.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Kenapa obat ini diproduksi di luar angkasa? Proses produksi obat ini memanfaatkan lingkungan luar angkasa yang bebas gravitasi untuk mempromosikan pembentukan struktur kristal protein yang lebih berkualitas secara lebih cepat daripada yang mungkin terjadi di bumi. Dengan demikian, obat yang dihasilkan di luar angkasa diharapkan memiliki kualitas yang lebih baik dan efektivitas yang lebih tinggi dalam pengobatan penyakit tertentu.
-
Siapa yang menemukan antibiotik? Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang membawa perubahan besar pada dunia kesehatan saat itu.
-
Kenapa banyak orang memilih obat kuat alami? Obat kuat alami diminati oleh banyak orang karena secara tradisional telah terbukti dapat meningkatkan performa seksual.
-
Kapan obat itu berhasil dibuat di luar angkasa? Pada Rabu, 21 Februari lalu, kapsul produksi luar angkasa perusahaan itu akhirnya mendarat dengan selamat di gurun Utah, menandai kesuksesan pertama kali obat diproduksi di luar angkasa dan kembali ke bumi.
-
Dimana pabrik obat kuno itu ditemukan? Pabrik ini ditemukan di dalam kompleks kuil di kota kuno Trakia, Turki.
"Di Indonesia perusahaan bahan baku obat belum ada 10 perusahaan. Kimia Farma baru melakukan produksi bahan baku obat sejak tahun 2019," kata Verdi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR-RI secara virtual, Jakarta, Selasa (21/4).
Kimia Farma mendapatkan izin untuk mengembangkan bahan baku obat chemical. Beberapa bahan baku obat yang baru diproduksi Kimia Farma yaitu atorvastatin dan simvastatin.
Untuk pengembangan bahan baku obat lainnya, Kimia Farma masih mengalami keterbatasan. Sehingga diperlukan kerja sama dengan negara lain dalam bentuk pengembanan transfer teknologi dan sumber daya manusia.
"Tantangan ke depannya memang ada pengembangan kimia dasar dan transfer teknologi, kami juga harus kolaborasi beberapa negara," kata Verdi.
Bila hal bisa dilakukan, bukan tidak mungkin tahun depan lebih banyak lagi bahan baku yang diproduksi Kimia Farma untuk kebutuhan dalam negeri. Sehingga bisa menurunkan 4,26 persen kebutuhan bahan baku obat dan mengurangi impor bahan baku obat hingga 25 persen.
"Itu sudah jadi konsen kami untuk pengembangan ini," kata dia.
Lapor Kementerian Kesehatan
Verdi menambahkan, dalam proses produksi bahan baku obat, Kimia Farma juga harus melaporkan kepada Kementerian Kesehatan. Terkait harga, pihaknya juga tidak bisa membanderol harga sendiri karena harus mengikuti regulasi.
Begitu juga untuk regulasi distribusi, Kimia Farma tidak bisa langsung menjual sendiri bahan baku obat yang diproduksi. Penjualan dilakukan melalui distributor yang telah diatur dalam regulasi. Hal ini pun berlaku bagi obat-obatan yang berhubungan dengan Covid-19. Harus melalui jalur distribusi yang sudah ditetapkan.
"Jadi dari pabrikan ke distribusi. Baru bisa ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan atau apotek," kata Verdi mengakhiri.
(mdk/idr)