Perkembangan Terbaru Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Sampai Gunakan Bor Raksasa
Proyek pengerjaan kereta cepat Jakarta-Bandung terus dilakukan. Bagaimana kelanjutannya saat ini?
Indonesia sedang membangun jalur kereta cepat Jakarta-Bandung. Nantinya kereta cepat ini memiliki kecepatan hingga 200 kilometer per jam dan melintas di bawah tanah menuju ke jalur layang. Diprediksi perjalanan dari Jakarta-Bandung hanya memakan waktu 35 menit.
"Lintasan kereta cepat Jakarta-Bandung berada di sisi selatan Tol Jakarta-Cikampek," kata Kepala Bidang Perencanaan Tata Ruang, Kota Bekasi, Erwin Gwinda.
-
Mengapa pembangunan infrastruktur di Kutai Timur perlu dipercepat? Pembangunan infrastruktur di Kutai Timur memang masih perlu banyak pembenahan. Selain persoalan pembangunan fisik jalan, masalah lain yang penting bagi masyarakat adalah infrastruktur air bersih.
-
Dimana lokasi pembangunan Depo Tegalluar untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung? Markas Besar Kereta Cepat Jakarta-Bandung Pembangunan Depo Tegalluar yang menjadi markas Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini sudah mencapai 83,70 persen.
-
Bagaimana Indonesia membangun konektivitas regional dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan? Sebagai bagian dari komitmen ASEAN, Pemerintah Indonesia berusaha membangun konektivitas regional dan telah melibatkan diri dalam inisiatif seperti Indonesia-MalaysiaThailand Golden Triangle (IMT-GT) yang memiliki 36 proyek konektivitas senilai lebih dari USD 57 miliar.
-
Mengapa pembangunan jalur kereta api di Aceh memakan waktu yang cukup lama? Pembangunannya tidak berjalan mulus dan memakan waktu yang cukup lama lantaran kondisi keamanan yang masih sangat rawan.
-
Kapan teknologi transportasi mampu memberikan mobilitas yang lebih cepat dan efisien? Mobil listrik memanfaatkan tenaga listrik sebagai sumber energi, mengurangi polusi udara dan bahan bakar fosil.
-
Kenapa pembangunan jalur kereta api dari Garut ke Cikajang dianggap menguntungkan? Guru Besar Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Bandung, Prof. Kunto Santoso, mengatakan bahwa pembangunan jalur kereta api dari Garut ke Cikajang dinilai sangat menguntungkan karena akan menghidupkan ekonomi di daerah sekitarnya, mengangkut hasil perkebunan, dan juga menghidupkan sektor pariwisata.
Proyek pembangunan kereta cepat ini dimulai 2018 lalu. Proyek dimulai dari kawasan Halim Perdanakusuma hingga kawasan Tegal Luar, Kabupaten Bandung. Lalu, bagaimana kelanjutan pembangunan kereta cepat hingga saat ini?
Konstruksi Kereta Cepat Capai 9,2 Persen
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA mencatat bahwa konstruksi kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) telah mencapai 9,2 persen sampai dengan Februari 2019. Perusahaan menargetkan pembangunan KCJB mencapai 55 persen pada tahun ini.
"Kereta cepat itu sekarang progresnya 8 hampir 9,2 persen. Sampai akhir bulan lalu 9,2 persen," ujar Direktur Utama WIKA, Tumiyana, Senin (25/3).
Pembebasan Lahan Hampir 94 Persen
Pembebasan lahan menjadi salah satu kendala pengerjaan KCJB. Namun kini perkembangan atau progres pembebasan lahan sudah menyentuh 94 persen. Adapun sisanya 6 persen merupakan proses fasos dan fasum.
"Kita pembebasan tanahnya sudah 94 persen. Sekarang sisa yang 6 persen itu adalah fasos dan fasum. Tapi kita coba forecast mudah-mudahan tanahnya bisa rampung sampai dengan awal Juni ini," kata Direktur Utama WIKA, Tumiyana.
Dia menegaskan, sampai dengan hari ini pekerjaan proyek KCJB masih berlangsung terus (on track).
Melakukan Pengeboran Dalam Tanah
Pengerjaan proyek KCJB memasuki tahap pengeboran. Proses perakitan mesin Tunnel Boring Machine (TBM) yaitu alat bor raksasa yang didatangkan khusus dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai Tiongkok. Bor raksasa ini akan menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai KM 3+300, dari arah Jakarta.
Bobot TBM KCJB sebesar 3.649 ton dengan diameter 13,19 meter dan panjang yang mencapai 105 meter. "TBM KCJB akan beroperasi di daerah Halim dengan menggunakan Metode Shield Tunneling (MST) untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter," kata Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Chandra Dwiputra.
Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan standar keamanan dalam pembuatan terowongan yang nantinya akan melintang di bawah jalan Tol Cikampek (KM 3+600 sampai dengan KM 5+800) melewati bagian tengah jalan dan overpass jalan arteri Jatiwaringin yang merupakan lokasi sangat padat dengan kegiatan mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung.