Pernah Direncanakan Tahun 1915, Kereta Api Pertama di Sulawesi Akhirnya Beroperasi
Rel KA di Sulawesi memiliki lebar 1.435 mm dengan panjang lintasan kurang lebih 145 Km. Kereta dengan kecepatan maksimal mencapai 60 Km/jam ini memiliki nilai investasi sebesar Rp8,25 triliun.
Untuk pertama kalinya, masyarakat Sulawesi Selatan sudah bisa merasakan layanan dari transportasi kereta api yang kini telah beroperasi. Yakni kereta api Trans Sulawesi. Ini merupakan kereta api pertama yang ada di Sulawesi.
Pada saat uji coba, KA Trans Sulawesi melayani penumpangan dari rute Stasiun Garkongkong hingg Stasiun Mangilu.
-
Apa tujuan utama pembangunan jalur kereta api di Sumatera? Angkutan Hasil Bumi Pembangunan rel kereta di Pulau Sumatra ini awalnya bertujuan untuk mengangkut berbagai macam hasil bumi dan bisa memangkas waktu lebih banyak.
-
Bagaimana Indonesia membangun konektivitas regional dalam mewujudkan transportasi berkelanjutan? Sebagai bagian dari komitmen ASEAN, Pemerintah Indonesia berusaha membangun konektivitas regional dan telah melibatkan diri dalam inisiatif seperti Indonesia-MalaysiaThailand Golden Triangle (IMT-GT) yang memiliki 36 proyek konektivitas senilai lebih dari USD 57 miliar.
-
Apa yang di bangun oleh Staatsspoorwegen (SS) di Yogyakarta untuk menghubungkan jalur kereta api Batavia-Surabaya? Di wilayah Yogyakarta, mereka perlu membangun beberapa jembatan untuk jaringan jalur kereta api itu. Salah satu jembatan kereta api terbilang unik. Selain membentang di atas sebuah sungai, jembatan ini juga membentang di atas jalur kereta api milik perusahaan kereta api Belanda lainnya bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.
-
Apa saja yang dilakukan Kemenko Perekonomian untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan di Indonesia? Pemerintah telah menetapkan pengembangan infrastruktur sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dengan pembentukan Proyek Strategis Nasional (PSN). Pengembangan infrastruktur yang signifikan akan terus dilanjutkan sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 guna mewujudkan visi strategis 100 tahun Indonesia. Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Pemerintah telah membangun lebih dari 2.000 km jalan tol yang menghubungkan pusat-pusat komersial, industri, dan perumahan utama di tanah air, menciptakan value chain perdagangan yang lebih kuat. Dalam program PSN tersebut, Indonesia juga mengembangkan proyek transportasi perkotaan seperti MRT yang telah selesai pada tahun 2019 dan proyek LRT Jabodebek yang baru saja selesai.
-
Bagaimana Pertamina membangun infrastruktur hijau? Langkah konkrit perseroan dalam pengembangan infrastruktur hijau, lanjut Fadjar tidak hanya dilakukan dalam Pertamina Group, tetapi juga bersama BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik (EV).
-
Apa saja contoh infrastruktur yang dibangun oleh Kementerian PUPR? Kementerian PUPR diamanahi 125 PSN yang harus dikerjakan, yang terdiri dari 51 ruas jalan tol dan jembatan, 56 bendungan dan irigasi, 13 proyek sektor air dan sanitasi, 2 proyek perumahan, 1 proyek tanggul pantai, 1 proyek pembangunan Indonesia Internasional Islamic university dan 1 proyek kawasan industri batang.
"Kereta api pertama di Sulawesi di jalur Makassar-Parepare sudah diuji coba melayani penumpang rute Stasiun Garongkong di Kabupaten Barru sampai Stasiun Mangilu di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan," tulis Presiden Joko Widodo (Jokowi), dikutip dari akun instagram resmi @jokowi, Jumat (10/3).
"Di masa mendatang, kereta api akan menyambungkan kota dan daerah dari Makassar di Sulawesi Selatan hingga Manado di Sulawesi Utara," tambahnya.
Perlu diketahui, rel KA di Sulawesi memiliki lebar 1.435 mm dengan panjang lintasan kurang lebih 145 Km. Kereta dengan kecepatan maksimal mencapai 60 Km/jam ini memiliki nilai investasi sebesar Rp8,25 triliun.
Merujuk pada unggahan Indonesiabaik.id, sepanjang 66 Km jalur KA akan dilalui oleh kereta yang dapat diakses masyarakat melalui 7 stasiun.
Adapun 7 stasiun tersebut yakni Stasiun Garongkong, Stasiun Barru, Stasiun Tanete Rilau, Stasiun Mandalle, Stasiun Ma’rang, Stasiun Labakkang, dan Stasiun Mangilu.
Mengutip dari laman KAI, sebenarnya keberadaan jalur rel di Sulawesi bukan barang baru. Berdasarkan buku Nederlandsch Indische Staatsspoor en Tramwegen (1921) halaman 108 menerangkan bahwa studi kelayakan jalur perkeretaapian oleh swasta sudah dimulai sejak 1915.
Dari hasil laporannya secara teknis sebenarnya jalur bisa dibangun tetapi tidak sesuai harapan investor, alias tidak akan membawa keuntungan bagi swasta yang akan berinvestasi. Pemerintah pun berkesimpulan bahwa jalur perkeretaapian akan dibangun oleh negara.
Pada 1917 penelitian teknis lapangan versi pemerintah dilakukan untuk lintas Makassar–Takalar dan Makassar–Maros–Tanete–Parepare–Sengkang. Dari hasil studi mengungkap bahwa yang paling realistis dan sesuai dengan bujet negara adalah pembangunan dan eksploitasi jalur trem.
Sesuai Staatsblad Nomor 224 tahun 1892, pembangunan jalur trem tidak serumit jalur kereta api, sehingga meski kecepatan lebih lambat dan daya angkut lebih sedikit biaya yang dikeluarkan lebih hemat dan efisien daripada membangun jalur kereta api.
Selang satu tahun, pada 1918 desain awal lintas pertama jalur trem uap Makassar–Maros selesai dibuat. Setahun kemudian rancangan awal rute Maros–Tanete selesai. Pada tahun yang sama Gubernur Jenderal mengajukan anggaran tambahan kepada Menteri Jajahan Belanda.
Anggaran pun disetujui sekaligus permintaan kepada pemerintah Hindia Belanda agar segera menyelenggarakan penyelidikan awal tentang potensi ekonomi pembangunan jalur perkeretaapian di Minahasa Sulawesi Utara mulai 1920.
Melalui undang-undang yang sudah disahkan parlemen Belanda pada 22 Desember 1919 yang dicatat dalam Lembaran Negara (Stbl.) Hindia Belanda nomor 53 tahun 1920, proyek pembangunan jalur trem uap Takalar–Makassar–Maros resmi dimulai.
Kemudian pada 18 Maret 1921 parlemen Belanda kembali mengesahkan undang-undang yang dicatat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie Nomor 200 sebagai landasan hukum pembangunan jalur trem uap Maros–Tanete.
Pada 1 Juli 1922, rel antara Makassar (Stasiun Pasar Butung)–Takalar selesai dibangun dan setahun kemudian trem uap resmi dibuka untuk umum. Lintas ini menjadi yang pertama sekaligus terakhir yang dibangun pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan rute Maros–Tanete yang sudah disiapkan desainnya tidak pernah terlaksana pembangunannya.
(mdk/idr)