Profil Aguan, Konglomerat di Balik Megahnya Proyek PIK 2
Ada juga keresahan warga terkait keberadaan truk tanah di kawasan PIK 2 yang dianggap mengancam jiwa penduduk lokal.
Baru-baru ini, Aguan dan PIK 2 menjadi trending di platform X sebagai aksi protes. Protes ini dipicu lantaran sejumlah warga di kawasan pengembangan Pantai Indah Kapuk (PIK 2) Banten yang disebut terpaksa menjual tanah mereka dengan harga lebih rendah dari pasar.
Tak hanya itu, ada juga keresahan warga terkait keberadaan truk tanah di kawasan PIK 2 yang dianggap mengancam jiwa penduduk lokal.
- Kejagung Usut Korupsi Proyek Jalur Kereta Api di Medan, Kerugian Negara Rp1,1 Triliun
- Belanja yang Cuma Bisa Dilakukan Konglomerat, dari Tengkorak sampai Tiket ke Luar Angkasa
- Luhut Akui Ada Tenaga Kerja Asing di Proyek Hilirisasi: Jumlahnya 15 Persen Saja
- Perusahaan yang Bantu Hijaukan IKN Bisa Dapat Pengurangan Pajak 200 Persen
Kritik terhadap PIK 2 rupanya tidak hanya datang dari warga net atau masyarakat sekitar. Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, juga mengemukakan kritik atau komentar mengenai penetapan PIK 2 sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Sebagai respons terhadap kritik tersebut, Said Didu dilaporkan oleh Kepala Desa Belimbing yang juga menjabat sebagai Kepala Asosiasi Pemerintahan Desa Indonesia (APDESI) Kabupaten Tangerang ke Polresta Metro Tangerang.
Lantas, siapa tokoh di balik PIK 2 yang kini tengah menjadi kontroversi?
Salah Satu Konglomerat Besar
Sugianto Kusuma atau akrab disapa Aguan merupakan salah satu konglomerat besar di Indonesia yang bergerak di sektor properti. Ia merupakan pendiri Agung Sedayu Group (ASG), yang dikenal melalui berbagai proyek ikonis seperti Pantai Indah Kapuk (PIK) dan PIK 2.
Nama Aguan melegenda dalam dunia bisnis Indonesia. Ia disebut-sebut masuk dalam jajaran sembilan naga, atau The Gang of Nine. Namun, tidak ada konfirmasi mengenai hal tersebut.
Lahir di Palembang pada 9 Januari 1951, Aguan bersama tokoh lain seperti Eka Tjandra dan Tommy Winata terlibat dalam bisnis berbagai sektor, mulai dari properti hingga keuangan. Ini memperkuat posisinya di puncak dunia usaha.
Aguan juga berhasil membangun kariernya di sektor properti melalui ASG. Bermula dari bisnis rumah toko (ruko), ia berhasil mengembangkan proyek komersial dan kawasan integrasi yang dikenal luas hingga kini, seperti Harco Mangga Dua, Kelapa Gading Square, Taman Anggrek Residence, dan Grand Galaxy.
Proyek Megah PIK 2
Aguan dikenal sebagai pengembang kawasan elit Pantai Indah Kapuk (PIK) termasuk PIK 2, yang menjadi simbol kemewahan di Jakarta. Pada Maret 2024 lalu, kawasan baru ini ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
Saat itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengumumkan penambahan 14 PSN baru yang mencakup berbagai sektor, seperti kawasan industri, pariwisata, jalan tol, pendidikan, serta migas lepas pantai.
Salah satu PSN baru yang terletak di PIK 2 adalah pengembangan Green Area dan Eco-City yang dinamakan Tropical Coastland. Meskipun terdapat persepsi bahwa seluruh proyek di kawasan PIK 2 merupakan PSN, nyatanya hanya sebagian kecil area saja yang diakui oleh pemerintah sebagai PSN, khususnya kawasan yang akan dikembangkan menjadi Tropical Coastland.
Pengembangan Tropical Coastland mencakup 1.756 hektar dari total luas lahan PIK 2 yang mencapai sekitar 30.000 hektar. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan destinasi pariwisata baru yang juga akan berfungsi sebagai kawasan wisata mangrove.
Sebagai informasi, pembangunan dan pengembangan Tropical Coastland tidak menggunakan APBN, melainkan mengandalkan dana dari investor swasta dengan total investasi yang telah tercatat sebesar Rp65 triliun. Proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi dan sosial di sekitar kawasan PIK 2 dan memperkuat pertumbuhan lokal.
Reporter Magang: Thalita Dewanty