PTPN III Kembangkan Bahan Bakar B50 untuk Kendaraan Roda Empat
Komisaris Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN III), Muhammad Syakir mengatakan bahwa pengembangan B50 mulai dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap adanya pembatasan-pembatasan dari negara pengimpor produk sawit asal Indonesia.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, sebuah lembaga di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara mengambil inisiatif untuk mengembangkan penggunaan biodiesel 50 persen pada pencampuran minyak solar atau B50 untuk kendaraan roda empat.
Komisaris Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN III), Muhammad Syakir mengatakan bahwa pengembangan B50 mulai dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap adanya pembatasan-pembatasan dari negara pengimpor produk sawit asal Indonesia.
-
Apa itu biodiesel? Biodiesel adalah bahan luar biasa yang memiliki kualitas luar biasa karena dibuat dari minyak nabati dan hewani bekas. Minyak ini dibuat dengan mengolah minyak dengan alkohol untuk menghasilkan bahan bakar yang mampu membakar dan menggerakkan segala sesuatu mulai dari bus penumpang hingga unit pemanas, mengubah sisa minyak menjadi cara baru yang ampuh untuk berkeliling kota.
-
Kapan biodiesel pertama kali ditemukan? Proses yang disebut dengan transesterifikasi ini sebenarnya pertama kali dilakukan pada tahun 1853 oleh seorang pria bernama Patrick Duffy.
-
Apa yang akan dikembangkan Pertamina dari bahan bakar berbasis bioenergi? Pertamina akan memanfaatkan bahan bakar nabati seperti tebu, jagung, singkong dan sorgum untuk mengembangkan bioenergi.
-
Bagaimana biodiesel membantu menekan penggunaan bahan bakar fosil? Biodiesel dapat digunakan sebagai pengganti atau campuran dengan bahan bakar diesel fosil dalam berbagai aplikasi.
-
Kapan Pertamina mulai mengembangkan biofuel generasi kedua? “Contoh bagus di sini adalah sesuatu yang telah dikembangkan oleh Pertamina sejak tahun 2021. Pertamina telah mengembangkan biofuel generasi kedua yang berasal dari ranting buah kosong.
-
Bagaimana Pertamina akan mengembangkan bioenergi? “Nanti energi kita akan berbasis bioenergi, karena Indonesia ada banyak sumber daya. Di India saya bertemu dengan technology liaison untuk bioethanol dan limbahnya bisa diproses di perusahaan India, ini salah satu follow up yang akan kita kerja samakan,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina.
"Penelitian ini dalam rangka adanya pembatasan-pembatasan dari negara pengimpor produk sawit asal Indonesia,” kata dia di Jakarta, Rabu (30/1).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) Kementerian Pertanian ini mengatakan bahwa PPKS Medan telah menguji coba B50 terhadap sebuah mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) berbahan bakar B20 untuk jarak tempuh 2.000 kilometer.
Dari hasil uji coba tersebut, kata dia tercatat bahwa konsumsi bahan bakar menjadi lebih hemat. Selain itu, emisi yang dikeluarkan kendaraan juga lebih rendah. "Mobil ini akan kembali lagi dari Jakarta ke Medan," ujar dia.
Menurut dia, penelitian ini juga dilakukan untuk meyakinkan berbagai pihak bahwa Indonesia siap memanfaatkan produk sawit lebih besar dari segi sumber daya manusia maupun teknologinya. "Sehingga Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan Crude Palm Oil-nya sehingga tidak ketergantungan kepada ekspor," kata dia.
Dengan demikian, diharapkan penggunaan sawit untuk keperluan dalam negeri dapat meningkat. "Juga untuk meningkatkan ketahanan energi, dan mengurangi konsumsi dan impor dari bahan bakar minyak fosil," tandasnya.
Baca juga:
Toyota Dukung Implementasi Bahan Bakar B50
MASKEEI: Silakan Produksi Mobil dengan Teknologi Apa Saja, asal Low Carbon
Kemenperin Tarik Investor Jepang Bikin Baterai Mobil Listrik
GAPKI Harap Penerapan B20 Perbaiki Harga CPO Indonesia
Jonan: Polusi Akibat BBM Tak Ramah Lingkungan Turunkan Harapan Hidup
Menko Darmin: Program B20 Mampu Tekan Impor Solar 6 Juta Kiloliter di 2019