Rapat Bareng Bappenas, Komisi XI Minta Anggaran Alpahankam Naik Jadi Rp3.500 T
"Skema pembiayaan tentu pak menteri yang bisa memikirkan sebagai jalan keluar. Bisa diwujudkan 5-10 tahun lagi. Tapi sudah perencanaannya, termasuk pertahanan siber," tandasnya.
Anggota Komisi XI DPR Fraksi Gerindra, Kamrussamad menegaskan, bahwa rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) harus diikuti oleh kesiapan pertahanan dan keamanan nasional. Sebab, percuma IKN dibangun dengan infrastruktur yang megah, namun pertahanan dan keamanannya Indonesia bobrok.
"Ada satu poin yang harus disinkronkan persiapan alat pertahanan dan keamanan kita. Jangan sampai IKN baru, design cantik, hebat, tapi pertahanan dan keamanannya gak secanggih infrastrukturnya," kata dia dalam rapat kerja bersama dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, di DPR RI, Jakarta, Rabu (9/6).
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Siapa yang mewakili TNI dalam perundingan Wonosobo? Pasukan TNI diwakili Kolonel Sarbini, sedangkan dari Belanda diwakili Kolonel Breemouer.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Apa saja alutsista baru yang diterima TNI AU untuk menambah kekuatan pertahanan? TNI AU telah menerima alutsista baru sebanyak delapan unit Helikopter H225M, lima unit pesawat angkut C-130 J Super Hercules buatan Lockheed Martin, lima unit pesawat jenis NC-212i buatan PT Pindad Indonesia (PTDI), delapan unit drone tempur CH-4 buatan China, serta Radar RAT-31 DL/M.
-
Apa pesan Presiden Soeharto kepada Jenderal M Jusuf saat menjadi Panglima TNI? "Perkuat dan bangkitkan kemanunggalan ABRI dan rakyat." Hanya itu pesan Soeharto untuk Jenderal M Jusuf.
-
Kapan Prabowo Subianto menjabat sebagai Menteri Pertahanan? Menteri Kementerian Pertahanan (2019-sekarang)
Melihat hal tersebut, maka dirinya memperkirakan kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia Tahun 2020-2024 (Alpalhankam) perlu ditingkatkan. Dari sebelumnya Rp1.700 triliun menjadi sebesar Rp3.500 triliun untuk jangka panjang.
"Konsep Alpahankam perlu dinaikkan bukan hanya Rp1.700 triliun, tapi Rp3.500 triliun. Jadi 3 matra pertahanan diperkuat, dimodernisasi, diupgrade kecanggihannya," jelasnya.
Sementara itu, terkait dengan skema pembiayaannya dia kembalikan lagi kepada pemerintah. Namun paling tidak, dia optimis ini bisa diwujudkan dalam 10 tahun kedepan.
"Skema pembiayaan tentu pak menteri yang bisa memikirkan sebagai jalan keluar. Bisa diwujudkan 5-10 tahun lagi. Tapi sudah perencanaannya, termasuk pertahanan siber," tandasnya.
Jika mengacu pada pasal 7 Rancangan Perpres Tentang Kebutuhan Alpalhankam, dijelaskan bahwa dana yang dibutuhkan untuk membeli alutsista adalah USD 124.995.000. Kemudian secara merinci meliputi akuisisi Alpalhankam sebesar USD 79.099.625.314, pembayaran bunga tetap selama 5 Renstra sebesar USD 13.390.000.000, untuk dana kontingensi serta pemeliharaan dan perawatan Alpalhankam sebesar USD 32.505.274.686.
Sebelumnya, Juru Bicara Kemhan, Dahnil Anzar Simanjuntak, juga belum merinci besaran dana yang dibutuhkan untuk program belanja alutsista tersebut. Menurutnya, formula pembelian dari pinjaman itu masih dalam proses pembahasan bersama para pihak terkait.
"Karena pinjaman yang kemungkinan akan diberikan oleh beberapa negara ini diberikan dalam tenor yang panjang dan bunga sangat kecil, serta proses pembayarannya menggunakan alokasi anggaran Kemhan yang setiap tahun yang memang sudah dialokasikan di APBN, dengan asumsi alokasi anggaran Kemhan di APBN konsisten sekitar 0,8 persen dari PDB selama 25 tahun ke depan," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (31/5).
Baca juga:
Bos Bappenas soal Anggaran Alutsista Rp1,7 T Kemhan: Kita Tak Pernah Tahu Angka Itu
Pembentukan PT TMI untuk Pengadaan Alutsista Rp1,7 Kuadriliun Dinilai Rawan Korupsi
Wamenhan Ingin Industri Pertahanan Berkembang Serta Mandiri
Bom P Series DAHANA Andalan Pesawat Tempur Indonesia
PSI Memilih Nasi Ketimbang Peluru