Rizal Ramli: Ekonomi RI Hanya Bisa Tumbuh 2 Persen di 2021
Ekonom Senior, Rizal Ramli memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini atau 2021 hanya bisa tumbuh sekitar 2 persen. Angka ini lebih rendah daripada yang ditargetkan pemerintah sebesar 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen.
Ekonom Senior, Rizal Ramli memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini atau 2021 hanya bisa tumbuh sekitar 2 persen. Angka ini lebih rendah daripada yang ditargetkan pemerintah sebesar 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen.
"Ada harapan ekonomi bisa tumbuh 2 persenan tahun 2021," katanya seperti dikutip dari laman resminya, Senin (15/2).
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Kenapa Raffi Ahmad berharap CPCM bisa membantu meningkatkan ekonomi di Indonesia? Raffi Ahmad berharap CPCM bisa ngebantu bangkitin ekonomi di Indo.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di atas rata-rata nasional? Keberhasilan itu, lanjut politukus PDIP ini, karena pihaknya berhasil menjaga harga-harga kebutuhan tetap stabil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ."Kemarin juga kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat bahwa Sulut bisa menggerakkan ekonomi kreatif yang ada. Jadi bulan Agustus ini pengakuan dari pemerintah pusat bahwa apa yang kita kerjakan selama ini berdampak sangat positif bagi pembangunan Sulut."
Dia mengatakan, sulit diharapkan ekonomi akan cepat membaik di tahun 2021. Apalagi sebelum ada pandemi saja rata-rata pertumbuhan ekonomi domestik hanya 5,1 persen saja. "Tidak semudah 'angin surga' yang diucapkan oleh 'Menkeu Terbalik' bahwa ekonomi Indonesia akan melesat 5,5 persen tahun 2021," tulisnya.
Dia menambahkan, ada beberapa indikator yang menyebabkan ekonomi tahun ini berkisar 2 persen. Pertama masalah penanganan Covid-19. Menurutnya vaksinasi yang diharapkan akan mengurangi resiko dan kematian akibat pandemi, keliatannya baru akan mulai intensif setelah semester II-2021.
Hal tersebut terjadi karena keterlambatan supply vaksin yang dilakukan oleh menteri kesehatan sebelumnya. Dengan demikian, paling cepat, efektifitasnya vaksinasi baru akan terasa di akhir 2022.
"Dengan tingkat vaksinasi yang rendah dan lambat itu, walaupun dibantu dengan mikro-lockdown, sulit diharapkan ekonomi akan cepat membaik di tahun 2021," jelasnya.
Selain masalah pandemi, pertumbuhan kredit sangat rendah, bahkan negatif 1,39 persen pada November 2020 juga menjadi pemicu. Pertumbuhan ini menjadi terendah sejak krisis ekonomi 1998, karena likuiditas di masyarakat dan lembaga keuangan tersedot setiap kali pemerintah menerbitkan Surat utang Negara (SUN).
"Apa yang disebut sebagai crowding-out. Jadi boro-boro nambah, likuiditas di masyarakat disedot itulah yang menyebabkan daya beli rakyat semakin merosot," jelasnya.
Sementara, di bidang fiskal, keseimbangan primer negatifnya semakin besar. Artinya hanya untuk bisa membayar bunga utang, harus meminjam lebih besar lagi dengan bunga lebih tinggi dari negara-negara yang ratingnya lebih rendah dari RI. Atau sama dengan menggali lobang, menutup lobang.
"Menunjukkan bahwa pengelolaan fiskal amburadul dan ugal-ugalan walaupun dengan muka tebal tetap bela diri bahwa 'pengelolaan fiskal hati-hati (prudent)," jelasnya.
Baca juga:
Menkop Teten Sebut Vaksinasi Covid-19 jadi Kunci Pemulihan Ekonomi
Hal yang Perlu Anda Tahu Soal Bebas Pajak Mobil Baru, Termasuk Tahapan Waktu Berlaku
Kepala BKPM Sebut Hanya Ada 2 Negara ini yang Selamat dari Krisis Corona
BI Soal Ekonomi 2020 Minus 2,07 Persen: Lebih Baik dari Negara Mitra Dagang
Lambat Tangani Pandemi, Ekonomi Indonesia Kalah Dibandingkan China dan Vietnam
Ekonomi 2020 Terkontraksi, RI Bisa Terjebak Jadi Negara Kelas Menengah Puluhan Tahun