Rupiah Ditutup Stagnan Rp14.373 per USD
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ditutup stagnan di level Rp14.373 per USD dari penutupan sebelumnya di level yang sama. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat terbatas direntang Rp14.360 hingga Rp14.390 per USD.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ditutup stagnan di level Rp14.373 per USD dari penutupan sebelumnya di level yang sama. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat terbatas direntang Rp14.360 hingga Rp14.390 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pergerakan Rupiah dipengaruhi oleh rilis neraca perdagangan pada Juli 2021 mengalami surplus sebesar USD2,59 Miliar. Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan surplus pada Juni 2021 sebesar USD1,32 miliar, tetapi masih lebih rendah dari surplus neraca dagang Juli 2020 yakni USD3,26 miliar.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Kapan Ayat Seribu Dinar turun? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya.
-
Kenapa seni rupa penting? Seni rupa, sebagai salah satu cabang seni yang sangat beragam dan kaya akan ekspresi kreatif, telah memberikan sumbangan berharga dalam menggambarkan kompleksitas dunia visual.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
"Selain itu, pelaku pasar merespon positif Pidato Nota Keuangan yang di sampaikan oleh Presiden Joko Widodo mengenai APBN 2022 yang dirancang antisipatif, responsif, dan fleksibel sebagai instrumen pemulihan ekonomi dan menghadapi berbagai ketidakpastian ke depan," ujarnya dalam riset harian, Jakarta, Rabu (18/8).
Meski ekonomi diprediksi membaik di tahun 2022, pemerintah akan terus berhati-hati terhadap risiko ketidakpastian yang masih tinggi, baik itu yang berasal dari tidak meratanya pemulihan ekonomi secara global maupun risiko ketidakpastian penanganan pandemi.
Hal ini tercermin dari kebijakan fiskal 2022 yang countercyclical untuk mendorong kesiapan sistem kesehatan, pemulihan ekonomi masyarakat dan melanjutkan reformasi struktural. Konsistensi pemerintah ini dalam menjadikan APBN sebagai instrumen pemulihan sejak awal pandemi.
"Capaian strategi penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi terlihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 yang mencapai 7,07 persen. Penguatan pemulihan ekonom ini akan terus dijaga," kata Ibrahim.
Selain itu, agenda reformasi struktural untuk peningkatan produktivitas, daya saing investasi dan ekspor, penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan terus dilakukan.
Hal ini telah dimulai dengan implementasi UU Cipta Kerja yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, pembangunan infrastruktur konektivitas dan untuk mendorong industrialisasi, serta penciptaan ekosistem hukum dan birokrasi yang kondusif bagi dunia usaha.
"Dengan mempertimbangkan pemulihan dan reformasi struktural tersebut, asumsi pertumbuhan ekonomi pada APBN 2022 ditargetkan pada kisaran 5,0 persen hingga 5,5 persen," tandasnya.
Baca juga:
Kasus Harian Covid-19 Turun, Rupiah Ditutup Menguat di Rp14.373 per USD
Rupiah Berpeluang Menguat Didorong Turunnya Kasus Covid-19
Minim Sentimen, Rupiah Ditutup Melemah Tipis ke Level Rp14.388 per USD
Rupiah Berpotensi Melemah Seiring Positifnya Ekonomi AS
Rupiah Ditutup Stagnan di Level Rp14.382 per USD
Rupiah Berpotensi Menguat Usai Inflasi AS Tak Sesuai Ekspektasi