Rupiah Lanjutkan Pelemahan Hingga Sentuh Level Rp14.325 per USD
Rupiah ditutup melemah 70 poin atau 0,49 persen ke posisi Rp14.325 per USD dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.255 per USD.
Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore masih berlanjut melemah, meski imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat telah turun pada pekan ini.
Rupiah ditutup melemah 70 poin atau 0,49 persen ke posisi Rp14.325 per USD dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.255 per USD.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
"Dari eksternal, pelemahan Rupiah dipengaruhi oleh menguatnya indeks dolar AS," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa (2/3).
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kini stabil di level 1,42 persen setelah sempat naik hingga 1,6 persen pada pekan lalu.
Hal itu didorong sentimen para pelaku pasar yang percaya bahwa yield obligasi AS naik terlalu cepat di saat inflasi di AS masih cukup rendah serta kuatnya sinyal dari The Fed untuk terus mempertahankan tingkat suku bunga rendah.
"Kenaikan yield US teasury yang dilatarbelakangi prospek pertumbuhan ekonomi serta inflasi yang kemungkinan menanjak, juga berarti pelaku pasar mengantisipasi kemungkinan bank sentral AS akan mengurangi nilai program pembelian obligasi dan surat berharga lainnya," ujar Ibrahim.
Indeks dolar AS saat ini berada di level 91,3, naik 0,23 atau 0,26 persen dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Faktor Internal
Dari internal, pemerintah memberikan insentif tambahan ke sektor properti. Sebelumnya Bank Indonesia (BI) menetapkan kebijakan uang muka atau down payment (DP) nol persen untuk kredit pemilikan rumah (KPR).
Kini, pemerintah menetapkan pajak pertambahan nilai (PPN) nol persen atau PPN ditanggung pemerintah yang berlaku mulai 1 Maret 2021 sampai 31 Agustus 2021.
Menurut Ibrahim, kebijakan ini merupakan upaya yang baik diambil oleh pemerintah yang bertujuan untuk menggerakkan ekonomi khususnya properti, yang diharapkan akan dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional dan kebijakan tersebut akan membantu pengembang perumahan dalam peningkatan penjualan di tengah pandemi Covid-19.
"Bagusnya data internal tidak bisa mengangkat sentimen positif karena data eksternal lebih kuat perannya, sehingga wajar kalau rupiah melemah cukup tajam dan dalam minggu ini bisa ke posisi Rp14.500 per dolar AS," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.273 per USD. Sepanjang hari, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.270 per USD hingga Rp14.330 per USD.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan Rupiah melemah Rp14.307 per dolar AS, dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.300 per dolar AS.
(mdk/idr)