Rupiah tembus Rp 14.000/USD, pengusaha sebut seperti disuruh rugi
Kondisi saat ini membuat pengusaha dilema.
Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berdampak buruk pada dunia usaha di Kota Medan, Sumatera Utara. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Medan, Rusmin Lawin mengatakan dari keterangan berbagai pelaku usaha, omset yang didapatkan belakangan ini terus menurun.
Penurunan omzet bahkan cukup drastis sehingga mengkhawatirkan pengusaha. "Semua sektor omset turun paling sedikit 30 persen," kata Rusmin seperti dilansir Antara, Selasa (25/8).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
Rusmin mengakui, kondisi saat ini membuat pengusaha dilema. Di satu sisi, pengusaha sangat ingin tetap menjalankan usaha. Namun di sisi lain, daya beli atau serapan masyarakat sangat rendah sehingga usaha yang dijalankan terus merugi.
Pengusaha diharuskan membeli berbagai material atau benda dengan harga tinggi karena melemahnya Rupiah. Namun pengusaha tidak dapat menaikkan harga karena tidak akan mampu dibeli masyarakat. "Pengusaha dilematis, seperti disuruh rugi," kata Rusmin.
Padahal, sektor usaha yang dijalankan tersebut memiliki pasar yang sangat besar dan mempunyai pengaruh ekonomi yang cukup signifikan.
Dia mencontohkan, sektor properti dengan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki rumah pribadi, termasuk kalangan PNS yang jumlahnya mencapai sekitar 120 ribu orang berdasarkan pendataan tahun 2008.
Selain memperkecil peluang bagi masyarakat dalam kepemilikan rumah, melemahnya nilai tukar Rupiah itu juga mempengaruhi usaha lain yang terkait properti seperti industri batubara, semen, pasir, kayu, dan material lainnya.
"Padahal, sektor properti itu cukup strategis, permintaan masih tinggi," katanya.
(mdk/idr)