Saingi Indomart dan Alfamart, minimarket Jepang kudu putar otak
Ukuran gerai mulai diperkecil.
Operator minimarket berjaringan asal Jepang harus memutar otak agar bisa hidup di Indonesia. Sebab, jumlah gerai mereka menyusut tergerus persaingan dengan jaringan lokal.
Seperti diberitakan Nikkei, kemarin, operator convenience store Jepang kini terpaksa mengecilkan ukuran gerai agar bisa bersaing dengan kompetitor lokal.
-
Kapan Imel Alghi Dwi Agistri memulai bisnis kue kering almond? Kunci usahanya bisa bertahan usai memulai pada 2022 adalah mencari peluang pasar.
-
Apa yang dijual di warung Bu Ratmini dan Pak Wiarji? Pak Wiarji bercerita, di warung itu ia dan istrinya menjual aneka makanan dan minuman. Namun tak semua makanan bisa mereka hidangkan. Bu Ratmini mengaku sudah tidak bisa lagi memasak gorengan karena keterbatasan fisik yang ia miliki.
-
Bagaimana bentuk rumput Jepang? Rumput Jepang memiliki bentuk daun yang menyerupai jarum dengan runcing dan ramping. Pertumbuhan rumput ini ditandai oleh daun-daun kecil yang padat, menciptakan penampilan yang teratur dan rapi.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Bagaimana Imel Alghi Dwi Agistri memulai bisnis kue kering almond? Dirinya punya mimpi untuk membuka toko kue Seorang mahasiswi asal Cirebon, Jawa Barat, berhasil merintis usaha kue kering almond hingga memiliki karyawan. Sebelumnya perempuan bernama Imel Alghi Dwi Agistri ini sudah melalui serangkaian percobaan hingga kerap mengalami kegagalan.Walau saat awal memulai usahanya tak selalu berjalan mulus, namun ketekunan dan fokus memperbaiki kesalahan menjadi kunci keberhasilannya sekarang.
-
Apa saja yang dijual di pasar malam zaman Jepang di Jakarta? Menjual berbagai kerajinan tangan Tak ubahnya pasar malam di zaman sekarang, pasar malam di masa kedudukan Jepang itu juga menjajakan berbagai kerajinan tangan. Terlihat boneka rajut, kain tradisional serta aksesoris lainnya turut terpampang di beberapa lapak yang dibuka di pasar malam tersebut.
Mereka sadar bakal kalah dari Indomaret dan Alfamart jika tetap bermain di gerai besar. Bagaimana tidak, dua jaringan minimarket lokal terbesar itu diperkirakan sudah memiliki masing-masing sepuluh ribu gerai.
Celakanya, Alfamart dan Indomart juga dinilai telah berhasil mengadopsi konsep convenience store Jepang. Yakni, toko penyedia makanan matang (in-store cooking) sekaligus tempat makan (in-store cafe).
Alhasil, Seven-Eleven, jaringan minimarket terbesar Jepang di Indonesia, menimbang membuka gerai kecil di stasiun kereta, gedung komersial, dan pusat keramaian lain.
Hal senada dilakukan Lawson. Agustus lalu, jaringan minimarket kedua terbesar, telah membuka gerai kecil di salah satu kantor di Jakarta. Saking kecilnya, gerai tersebut hanya bisa memuat satu baris rak-rak makanan.
"Midi Utama Indonesia, retailer lokal yang mengoperasikan Lawson, menimbang untuk memilih lokasi baru seperti pusat perbelanjaan dan stasiun kereta," kata seorang pegawai.
Awal masuk ke Indonesia pada 2011, Lawson berambisi membuka 10 ribu gerai dalam sepuluh tahun. Namun, Lawson mengalami penurunan profit seusai membuka gerai ke-80 pada medio 2013.
Mereka harus membatalkan ekspansi ke Bali dan memangkas jumlah gerai dari 60 menjadi 50 pada 2014. Sekarang, Lawson hanya punya sekitar 40 gerai di Indonesia.
Pun FamilyMart, ikut membuka gerai di gedung komersial untuk menggenjot laba. Di tengah penurunan profit, jaringan minimarket terbesar ketiga itu merasa kesulitan jika tetap bertahan seperti saat ini, menawarkan level produk dan kualitas jasa standar Jepang.
FamilyMart berencana memulai membuka gerai di perkantoran dan kondominium elit pada 2016. Saat ini, mereka memiliki 25 outlet mandiri atau bergabung bersama Yoshinoya, jaringan restoran Jepang.
Ministop juga mulai membuka gerai kecil untuk memangkas biaya operasi. Saat ini, hanya ada enam gerai ministop di Indonesia.
(mdk/yud)