Segini Harta yang Dibutuhkan untuk Masuk Kelompok 1 Persen Konglomerat Dunia
Nilai kekayaan ini menjadi tolak ukur, apakah bergabung kelompok elit menjadi tujuan penting.
Nilai kekayaan ini menjadi tolak ukur, apakah bergabung kelompok elit menjadi tujuan penting.
- Belanja yang Cuma Bisa Dilakukan Konglomerat, dari Tengkorak sampai Tiket ke Luar Angkasa
- Konglomerat Ini Punya Harta Rp2.074 Triliun, Tapi Tinggal di Rumah Tua Seharga Rp490 Juta
- Empat Konglomerat yang Sukses Menghasilkan Harta Kekayaan Tanpa Warisan
- Dalam 3 Tahun, Total Harta Kekayaan 5 Konglomerat Dunia Meroket hingga Tembus Rp13.500 Triliun
Segini Harta yang Dibutuhkan untuk Masuk Kelompok 1 Persen Konglomerat Dunia
Setiap hari, Forbes merilis data terkini nilai kekayaan para miliarder di dunia.
Pada pertengahan Juni 2024, Elon Musk menduduki peringkat pertama sebagai orang paling kaya di dunia dengan kekayaan mencapai USD207 miliar atau setara Rp3.372 triliun.
Di posisi kedua ada Jeff Bezos dengan kekayaan USD206 miliar atau Rp3.355 triliun.
Dari nilai kekayaan fantastis para miliarder, masyarakat pada umumnya bisa masuk sebagai kelompok elit para konglomerat jika setidaknya memilliki standar kekayaan tertentu dari orang-orang kaya di mana mereka tinggal.
Melansir Yahoo Finance, bagi banyak orang masuk menjadi 1 persen kelompok konglomerat merupakan simbol status dan mimpi untuk memiliki pengaruh.
Misalnya saja, untuk menjadi anggota 1 persen kelompok elit orang Amerika, setidaknya memiliki kekayaan USD5,8 juta atau setara Rp95 miliar.
Jumlah ini naik dari sebelumnya Rp83 miliar, menurut Laporan Kekayaan Knight Frank tahun 2024.
Secara global, standar masuk ke kelompok 1 persen konglomerat sangat bervariasi.
Berikut adalah kekayaan bersih minimum yang diperlukan untuk bergabung dengan kelompok tersebut di negara-negara tertentu pada akhir tahun 2023:
• Monaco: Rp197 miliar
• Luxembourg: Rp178 miliar
• Switzerland: Rp140 miliar
• United States: Rp95 miliar
• Singapore: Rp86 miliar
• Japan: Rp32 miliar
• China: Rp17 miliar
Negara seperti Monako dan Luksemburg, memiliki populasi yang relatif kecil – masing-masing 37.000 dan 640.000 jiwa.
Begitu pula dengan Swiss dan Singapura yang memiliki populasi di bawah 10 juta jiwa.
Amerika Serikat, dengan jumlah penduduk sekitar 335 juta orang, termasuk yang menonjol dalam tren ini, begitu pula China dan Jepang, yang memiliki ambang batas terendah meskipun populasi mereka besar.
Angka-angka ini menyoroti perbedaan signifikan dalam kekayaan yang diperlukan untuk menjadi 1 persen orang teratas di seluruh dunia. Namun, bahkan dalam kelompok ini pun terdapat beragam tingkat kekayaan.
Laporan Knight Frank menunjukkan, ambang batas kekayaan dan meningkatnya konsentrasi kekayaan di kalangan ultra-kaya.
Seiring dengan terus berkembangnya perekonomian global, kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok sangat kaya kemungkinan akan semakin melebar, hal ini menunjukkan adanya perubahan dinamika distribusi kekayaan global.
Memahami tolok ukur ini dapat membantu Anda menetapkan tujuan keuangan yang realistis. Apakah Anda bercita-cita untuk bergabung dengan kelompok orang ultrakaya atau sekadar ingin memperbaiki situasi keuangan, berkonsultasi dengan penasihat keuangan dapat menjadi langkah yang baik.
Mereka dapat membantu Anda membuat rencana pribadi untuk meningkatkan kekayaan dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Di mana pun Anda berada dalam perjalanan finansial Anda, memiliki strategi yang jelas dapat membuat perbedaan yang signifikan.