Dalam 3 Tahun, Total Harta Kekayaan 5 Konglomerat Dunia Meroket hingga Tembus Rp13.500 Triliun
Total gabungan harta kekayaan mereka meroket menjadi USD896 miliar atau setara Rp13,5 kuadriliun alias Rp13.500 triliun.
Total gabungan harta kekayaan mereka meroket menjadi USD896 miliar atau setara Rp13,5 kuadriliun alias Rp13.500 triliun.
Dalam 3 Tahun, Total Harta Kekayaan 5 Konglomerat Dunia Meroket hingga Tembus Rp13.500 Triliun
Total Harta Kekayaan 5 Konglomerat Dunia Meroket hingga Tembus Rp13.500 T
Dalam beberapa tahun terakhir, 5 orang terkaya di dunia menjadi lebih kaya sejak tahun 2020.
Total gabungan harta kekayaan mereka meroket menjadi USD896 miliar atau setara Rp13,5 kuadriliun alias Rp13.500 triliun.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan drastis harta miliarder dunia yakni 114 persen.
Data tersebut berdasarkan laporan tahunan Oxfam yang dikutip dari CNN pada Selasa (16/1).
Meningkatnya kekayaan Elon Musk menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Kekayaan bos Tesla dan SpaceX melonjak menjadi USD245,5 miliar atau Rp3,8 kuadriliun pada akhir November 2023.
Angka tersebut naik 737 persen dari Maret 2020, (setelah memperhitungkan inflasi).
Kemudian ada Bernard Arnault dan keluarganya memiliki kekayaan bersih USD191,3 miliar setara Rp 2,9 kuadriliun.
Pemilik raksasa barang mewah asal Prancis LVMH hartanya naik 111 persen dalam waktu 3 tahun saja.
Selanjutnya, miliarder Jeff Bezos kekayaannya naik 24 persen. Kini total harta pendiri Amazon mencapai USD167,4 miliar, setara Rp 2,6 kuadriliun.
Sementara kekayaan pendiri Oracle Larry Ellison berjumlah USD145,5 miliar setara Rp 2,2 kuadriliun). Harta kekayaannya naik 107 persen.
Terakhir ada Warren Buffett yang memiliki harta kekayaan USD119,2 miliar atau setara Rp 1,8 kuadriliun.
Dalam 3 tahun, harta kekayaan CEO Berkshire Hathaway, naik 48 persen.
Sehingga secara keseluruhan, kekayaan para miliarder telah meningkat sebesar USD3,3 triliun atau 34 persen sejak tahun 2020.
Artinya, kekayaan mereka meningkat tiga kali lebih cepat dibandingkan tingkat inflasi.
Sumber Kekayaan Orang Terkaya di Dunia
Para Miliarder AS sebagian besar memperoleh kekayaannya dari ekuitas perusahaan yang mereka pimpin, memiliki kekayaan yang melebihi USD 1,6 triliun.
Laporan tersebut, yang mengacu pada data yang dikumpulkan oleh Forbes. Tepatnya dengan dimulainya pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Agenda tersebut merupakan pertemuan elit yang dihadiri oleh beberapa orang terkaya dan pemimpin dunia.
Di sisi lain, Oxfam menyebut dibutuhkan waktu hampir 230 tahun untuk mengentaskan kemiskinan berdasarkan kondisi saat ini.
Meski demikian, Direktur Keadilan Ekonomi dan Ras, Oxfam Amerika, Nabil Ahmed menyebut ada beberapa titik terang untuk pengentasan kemiskinan.
"Kita berada di Era Emas yang baru, namun para pekerja, regulator, serikat pekerja, dan pengorganisir komunitas mulai membuat terobosan di dalamnya," ujar Ahmed.
Dalam laporan tahun ini, Oxfam berargumentasi dunia usaha memperoleh keuntungan besar, sehingga membantu menyejahterakan orang-orang kaya.
Ditemukan, 7 dari 10 perusahaan publik terbesar di dunia mempunyai CEO miliarder atau miliarder sebagai pemegang saham utamanya.
Berdasarkan dara Wealth X, kelompok 1 persen teratas menguasai 43 persen aset keuangan dunia. Di Amerika Serikat, kelompok ini mencapai 32 persen, di Asia, angkanya 50 persen.
Kemudian di Timur Tengah, kelompok 1 persen teratas menguasai 48 persen kekayaan finansial, sementara di Eropa, 47 persen.
Oxfam juga mencatat, sekitar 148 perusahaan terbesar di dunia menghasilkan keuntungan hampir USD1,8 triliun dalam 12 bulan menjelang Juni 2023.
Angka tersebut 52,5 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata keuntungan yang mereka peroleh antara tahun 2018 hingga 2021.
"Kami mengabaikan peran kekuatan monopoli dalam mendistribusikan kembali kekayaan kepada kalangan atas," kata Ahmed.
merdeka.com
Selain itu, Oxfam juga menyerukan pemerintah untuk mengambil tindakan.
"Kekuasaan publik dapat mengekang kekuasaan korporasi dan ketidaksetaraan-membentuk pasar menjadi lebih adil dan bebas dari kendali miliarder," kata Amitabh Behar, direktur eksekutif sementara Oxfam International, dalam sebuah pernyataan.
Menurutnya, Pemerintah harus melakukan intervensi untuk menghentikan monopoli, memberdayakan pekerja, hingga mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan yang sangat besar.
"Dan yang terpenting, berinvestasi pada era baru barang dan jasa publik," kata Amitabh.
Maka dari itu, Oxfam mengimbau agar industri minyak dan gas, perusahaan farmasi, dan industri keuangan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dalam satu atau dua tahun terakhir dibandingkan rata-rata keuntungan mereka pada tahun-tahun sebelumnya.
merdeka.com