Sewatama incar bisnis PLTD Timur Tengah
Sewatama menargetkan meraup 40 persen pasar PLTD Timur Tengah dalam tiga tahun mendatang.
PT Sumberdaya Sewatama menargetkan, dalam tiga tahun mendatang, bisa meraih sekitar 40 persen dari kebutuhan pembangkit listrik sementara Timur Tengah. Target 40 persen tersebut setara dengan 300 megawatt (MW).
Menurut Globaldata, lembaga konsultasi riset internasional, pasar rental temporary power di kawasan Timur Tengah dan Afrika terus meningkat. Di Arab Saudi hitungan Globaldata, pada 2016 kebutuhannya mencapai 1.200 MW, meningkat dari 2015 yang mencapai 1.000 MW.
Dari angka itu, sebesar 98 persennya menggunakan mesin berbahan bakar diesel. Hal ini terjadi lantaran negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi merupakan negara produsen minyak terbesar di dunia.
"Hal ini sesuai dengan strategi Perseroan untuk memperbesar dan mempertahankan bisnis temporary power. Sebelumnya kami sudah masuk pasar temporary power di Thailand," ujar Direktur Utama PT Sumberdaya Sewatama, Elan B. Fuadi, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (3/12).
Hari ini, Sewatama menyepakati kerja sama multilateral dengan National Gulf Investment LLc dan FO Trading untuk melayani kebutuhan listrik cepat dan sementara di kawasan Timur Tengah dan Afrika menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel atau PLTD.
Nasser Ali Yaslam, CEO National Gulf Investment pada saat acara penandatanganan Heads of Aggreement (HOA) di Jakarta mengatakan bahwa kebutuhan akan listrik cepat dan sementara di kawasan Timur Tengah dan Afrika mencapai hingga 1.200 MW dibutuhkan untuk pemekaran dan pengadaan berbagai kawasan industri dan perumahan baru di Saudi Arabia, negara-negara Uni Arab Emirate (UAE) dan juga di Afrika.
Sementara itu, CEO FO Trading Othman El Boukshimi mengatakan bahwa pihaknya siap berkolaborasi dalam kerjasama ini untuk memastikan mesin-mesin pembangkit listrik diesel ini digunakan untuk membantu kebutuhan listrik di kawasan itu.
Sedangkan bagi Sewatama, kerjasama ini merupakan upaya Perseroan memperluas cakupan lini bisnis agar bisa terus tumbuh terutama di lini bisnis temporary power.
Dalam pengoperasiannya, Sewatama, National Gulf Investment dan FO Trading akan membentuk badan usaha bersama yang beroperasi dengan area cakupan Timur Tengah dan Afrika. "Kami yakin, kerjasama ini bisa saling menguntungkan," ujar Nasser Ali Yaslam, CEO dari National Gulf Investment.
Dalam kerjasama ini, Sewatama mengalokasikan modal keseluruhan yang mencapai USD 120 juta dalam tiga tahun ke depan. Modal itu berupa mesin-mesin 'Reciprocating Diesel Engine' yang akan dikirimkan secara bertahap dalam tiga tahun. "Mesin-mesin itu sudah disesuaikan dengan spesifikasi di Timur Tengah. Misalnya soal kemampuan mesin menghadapi suhu di kawasan itu yang bisa mencapai 40 derajat celcius," ungkap Elan.
National Gulf Investment Group and FO Trading juga menyertakan modal sebesar USD 60 juta dalam bentuk bangunan kantor bersama di Dubai dan seluruh biaya operasional selama kerjasama berlangsung. Dalam kerjasama ini, National Gulf Investment dan FO Trading berperan dalam memasarkan mesin-mesin temporary power yang ada. Meski demikian, dalam pengoperasin mesin-mesin itu, akan dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli dari Sewatama.
Nasser juga menyatakan, kerjasama dengan Sewatama sebagai partner strategis untuk meraup pasar penyewaan temporary power ini merupakan keputusan yang tepat. Mengingat Sewatama merupakan perusahaan ketenagalistrikan yang sudah berpengalaman selama 23 tahun mengelola sejumlah bisnis ketenagalistrikan, mulai dari temporary power, Independent Power Producer hingga Operation & Maintenance.
Baca juga:
Jokowi minta pembangkit listrik & kilang minyak harus selesai 2019
PLTA beroperasi, PLN pastikan pasokan listrik Jayapura aman
Tahun depan, ESDM bangun pembangkit listrik EBT di pelosok NKRI
Akses lokasi sulit, pembangunan pembangkit tenaga surya sepi peminat
PLN: Potensi air Indonesia bisa hasilkan listrik 75.000 MW
Bangun pariwisata Karimun Jawa, Rini janjikan infrastruktur listrik
Menteri ESDM klaim rasio elektrifikasi sudah mencapai 86 persen
-
Kapan Pertamina mulai mengoperasikan infrastruktur hilir kendaraan listrik? Dalam mempercepat transisi energi, Pertamina juga telah mengoperasikan infrastruktur hilir kendaraan listrik berupa stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) atau battery swapping station (BSS) yang terletak di 25 lokasi di Jabodetabek.
-
Bagaimana Pertamina membangun infrastruktur hijau? Langkah konkrit perseroan dalam pengembangan infrastruktur hijau, lanjut Fadjar tidak hanya dilakukan dalam Pertamina Group, tetapi juga bersama BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pengembangan pabrik baterai kendaraan listrik (EV).
-
Siapa yang membangun jaringan listrik di Yogyakarta? ANIEM mulai membangun jaringan listrik di Kota Yogyakarta pada tahun 1914, tepatnya di kawasan hunian orang Eropa di Kotabaru.
-
Apa saja contoh infrastruktur yang dibangun oleh Kementerian PUPR? Kementerian PUPR diamanahi 125 PSN yang harus dikerjakan, yang terdiri dari 51 ruas jalan tol dan jembatan, 56 bendungan dan irigasi, 13 proyek sektor air dan sanitasi, 2 proyek perumahan, 1 proyek tanggul pantai, 1 proyek pembangunan Indonesia Internasional Islamic university dan 1 proyek kawasan industri batang.
-
Apa yang terjadi pada tiang listrik di Jalan Prof M Yamin? Sebuah tiang listrik tiba-tiba terbakar di Jalan Prof M Yamin menuju Taman Menteng, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
-
Apa sumber energi listrik utama yang digunakan di Pulau Miang, Kutai Timur? Bahkan, listrik yang dikelola oleh Bumdes setempat adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan.Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman mengatakan meski berada di daerah terpencil, Pulau Miang harus merasakan pemerataan pembangunan yang sama.