Skor PMI Manufaktur Indonesia Anjlok, Menkeu Sri Mulyani Bilang Begini
Sri Mulyani ungkap penyebab PMI manufaktur Indonesia turun drastis.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menanggapi data yang dirilis data S&P Global mengenai Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mengalami penurunan atau terkontraksi ke level 49,3.
- Sri Mulyani Akui Serbuan Barang Impor Bikin Industri Tekstil di Indonesia Terpuruk
- PMI Manufaktur Anjlok, Jokowi Minta Anak Buah Belanja Produk Lokal
- Diminta Sri Mulyani Genjot PMI Manufaktur, Bank Indonesia Ambil Kebijakan Begini
- PMI Manufaktur RI Bertengger di Level Ekspansif 30 Bulan Berturut-turut, Apindo: Jadi Momentum Keluarkan Kebijakan Pro Industri
Dia mengatakan ada beberapa faktor yang diidentifikasi memicu PMI terkontraksi. Menurutnya hal itu menjadi langkah-langkah pemerintah agar kondisi menjadi membaik.
"Ada faktor yang diidentifikasi memicu kita membuat langkah-langkah korektif agar menjadi baik. Satu penyebab penurunan permintaan baru dari barang-barang manufaktur mengalami moderasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jakarta, Jumat (2/8).
Faktor pertama yang menyebabkan PMI terkontraksi yakni dari sisi permintaan atau demand. Namun, pihaknya masih akan melakukan investigasi lanjutan, terkait penyebabnya karena faktor musiman atau persaingan perdagangan yang tidak sehat akibat barang impor.
"Sisi demand bisa domestik bisa ekspor, kalau ini domestik terutama PMI manufaktur, itu terkait dengan apakah permintaan ini seasonal atau kompetensi barang-barang impor. Ini terutama barang-barang konsumsi. Kami akan lakukan investigasi demand side," papar dia.
Kedua, permintaan domestik melemah. Ini disebabkan oleh ekspor untuk negara-negara yang ekonominya mengalami kecenderungan melemah seperti Amerika Serikat (AS) dan China. Namun, dia bilang ada harapan terhadap India, karena negara tersebut bukan ekspor barang manufaktur.
"Manufaktur diukur PMI yg seperti tekstil alas kaki. Sehingga tidak mencerminkan manufaktur yang banyak di Indonesia, seperti hilirisasi belum tercapture. Seperti juga lainnya CPO. Kita akan lihat dampaknya dari seluruh makro ekonomi," jelasnya.
Bendahara negara itu optimis anjloknya PMI manufaktur ini akan bersifat sementara. Hal itu terlihat dari indeks kepercayaan bisnis pada Juli tertinggi sejak Februari. Sehingga ada suatu harapan yang baik.
"Dari indeks kepercayaan bisnis pada Juli tertinggi sejak Februari. Ada suatu optimisme yang ada dan kita akan terus eksplore," kata Sri Mulyani.
Bahwa volume penjualan mereka produksinya akan meningkat seiring kondisi market yang tahun depan menguat. Itu memberikan harapan. Sehingga kita harapkan koreksi PMI ini sifatnya sementara," tandasnya.