SPBU Hidrogen Pertamina Jadi Alternatif Energi Bersih Gantikan BBM
Keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut dinilai bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
Sumber dari hidrogen tersebut, antara lain juga berasal dari panas bumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pertamina.
SPBU Hidrogen Pertamina Jadi Alternatif Energi Bersih Gantikan BBM
SPBU Hidrogen Pertamina Jadi Alternatif Energi Bersih Gantikan BBM
- Harga BBM di SPBU BP AKR Turun Mulai Hari Ini, Cek Rinciannya di Sini
- Percepat Pemanfaatan EBT, PLN Gandeng Pupuk Indonesia dan ACWA Power untuk Produksi Hidrogen & Amonia Hijau
- Stasiun Pengisian Hidrogen Pertama di Indonesia Jadi Objek Studi Delegasi Australia, Hemat Impor BBM 1,59 Juta Liter per Tahun
- Pertama di Indonesia, Ini Penampakan Canggihnya SPBU Hidrogen Hijau di Senayan
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mendukung langkah Pertamina membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Hidrogen. Dia menilai, langkah ini sejalan dengan rencana transisi energi bersih.
Apalagi, lanjutnya, sumber dari hidrogen tersebut, antara lain juga berasal dari panas bumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pertamina.
"Patut diapresiasi karena hidrogen memang bisa menjadi salah satu alternatif energy carrier, yang bisa dipakai untuk menggantikan energi fosil," katanya dikutip dari Antara, Minggu (21/1).
Fabby juga berharap, upaya BUMN tersebut bisa berhasil, apalagi pembangunan SPBU hidrogen tersebut merupakan inisiatif Pertamina dalam menciptakan ekosistem kendaraan hidrogen.
Menurutnya, keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
"Saya harap sukses langkah Pertamina ini. Mungkin ini juga bagian dari strategi bisnis mereka. Pertamina masuk ke industri mobil listrik lewat pengembangan ekosistem baterai di Indonesia dan sekarang di kendaraan hidrogren," ujarnya.
Dikatakannya, pembentukan komunitas hidrogen merupakan keniscayaan, selain sebagai upaya transisi energi, juga merupakan bagian dari upaya transformasi bisnis Pertamina.
"Harus dilakukan, memang harus masuk ke sana sebab, mereka akan menghadapi berkurangnya BBM fosil sehingga harus melakukan antisipasi di masa datang," katanya.
Namun demikian dia mengingatkan dalam upaya pembentukan ekosistem hidrogen, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Oleh karena itu diharapkan pemerintah bisa mendampingi BUMN migas itu dalam mengembangkan ekosistem tersebut.
Pemerintah, lanjutnya, harus menyiapkan regulasi yang bisa mendorong pengembangan ekosistem kendaraan hidrogen.
"Di Kementerian ESDM, misal, kan sudah ada roadmap-nya. Hanya implementasinya saja yang perlu dipikirkan. Misalnya perlu peraturan presiden atau regulasi lain untuk mendorong,” katanya.
Sebelumnya, Pertamina melalui Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) berkolaborasi dengan Toyota untuk mengembangkan ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan di Indonesia. Peletakan batu pertama hydrogen refueling station (HRS) dilakukan 17 Januari 2024 di SPBU Daan Mogot.
Dalam sambutannya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pembangunan SPBH merupakan suatu tonggak penting dalam mendukung program mencapai target net zero emission (NZE) 2060.
"Karena ini real clean energy, tidak ada waste," katanya.
Pasar SPBH, menurut dia, sudah ada dan sudah siap, sebab, dalam kerja sama tersebut, tugas Toyota adalah memproduksi fuel cell electric vehicle Toyota Mirai, yang akan melakukan pengisian hidrogen di SPBH Pertamina.
Keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut dinilai bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.