Sri Mulyani: Negara Dipimpin Perempuan Tunjukkan Kondisi Lebih Baik di Tengah Pandemi
Sri Mulyani yakin, dengan melibatkan peran perempuan dalam pembentukan kebijakan, dampaknya kualitas kebijakan menjadi lebih komprehensif. Sebab, perempuan mampu memberikan suatu tambahan perspektif dan kesempurnaan dari sisi melihat persoalan dan dampak dari kebijakan tersebut.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebut, negara-negara yang dipimpin oleh perempuan menunjukkan kondisi lebih baik di tengah kondisi pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari hasil riset dilakukan Universitas Liverpool.
Dalam riset tersebut menunjukkan, kebijakan di negara itu menambah perspektif perempuan sehingga lebih sensitif, berkualitas, dan lebih menyeluruh. Hasilnya, kebijakan itu memiliki efek yang baik dari sisi ekonomi.
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Di mana Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani dan Retno Marsudi saat rapat bersama? "Saya dan @retno_marsudi seperti dua anak sekolah bandel ya…" Sri Mulyani
-
Bagaimana Sri Isyana Tunggawijaya memerintah? Sri Isyana Tunggawijaya adalah raja perempuan Kerajaan Medang periode Jawa Timur yang memerintah berdampingan bersama dengan suaminya yang bernama Sri Lokapala.
“Ini beri tambahan perspektif, pentingnya perempuan dalam pembentukan kebijakan di level negara dan juga korporasi,” ujar Sri Mulyani dalam acara virtual, Rabu (22/12).
Sri Mulyani yakin, dengan melibatkan peran perempuan dalam pembentukan kebijakan, dampaknya kualitas kebijakan menjadi lebih komprehensif. Sebab, perempuan mampu memberikan suatu tambahan perspektif dan kesempurnaan dari sisi melihat persoalan dan dampak dari kebijakan tersebut.
Sayangnya, hingga saat ini masih belum terjadi kesetaraan antara pria dan wanita. Dari rilis OECD tahun 2020, Sri Mulyani mengutip adanya ketidaksetaraan tersebut, salah satunya dari sisi upah maupun gaji yang diterima oleh perempuan.
Selain itu, ketidaksetaraan juga terlihat dari lebih terbatasnya kesempatan yang bisa diambil oleh perempuan, bila dibandingkan dengan kesempatan untuk para laki-laki.
Berani Ambil Keputusan
Agar bisa setara dengan laki-laki, Bendahara Negara itu mengajak seluruh perempuan ada di Indonesia berani dalam menentukan atau mengambil keputusan, baik dari sisi korporasi maupun kenegaraan.
Sebab, keputusan yang melibatkan perempuan akan menambah kualitas dan komprehensif, bukan hanya menciptakan keberagaman (diversity). Perempuan memiliki perspektif yang lebih baik soal sensitivitas terhadap kebijakan (policy).
"Keberagaman dalam board of director dalam tata kelola publik, private, korporasi, maupun negara, itu menimbulkan suatu tambahan kualitas dalam membuat judgement terutama yang menyangkut keputusan penting bagi perusahaan maupun bagi negara," kata Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut, peran serta suara perempuan dalam mengambil keputusan akan memberikan dimensi yang lengkap. Sebab pada dasarnya, manusia diciptakan setara, baik laki-laki atau perempuan.
"Ini sesuatu yang menguatkan kalau dalam pengambilan keputusan, peranan perempuan masuk dalam desain kebijakan atau keputusan baik level korporasi maupun level negara, maka dia bisa memberikan suatu tambahan perspektif dan kesempurnaan dari sisi melihat persoalan dan dampak dari kebijakan itu," jelasnya.
(mdk/idr)