Starbucks Gugat Serikat Pekerja yang Unggah Dukungan Pro Palestina
Dalam gugatan pelanggaran merek dagang yang diajukan pada hari Rabu, Starbucks menuduh serikat pekerja merusak reputasi merek.
Starbucks dan kelompok buruh yang mewakili lebih dari 360 toko yang tergabung dalam serikat pekerja Amerika Serikat kemudian saling menuntut atas penggunaan nama dan logo perusahaan.
Starbucks Gugat Serikat Pekerja yang Unggah Dukungan Pro Palestina
Starbucks Gugat Serikat Pekerja yang Unggah Dukungan Pro Palestina
Gerai kopi asal Amerika Serikat menggugat para pekerjanya yang tergabung dalam Starbucks Workers United dan afiliasinya karena dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap merek dagang.
Mengutip Business Insider, gugatan ini sebagai respons sejumlah unggahan karyawan di media sosial yang menunjukan pro-Palestina.
Dalam unggahan yang diunggah ulang oleh akun media sosial serikat pekerja, kemudian terdapat logo atau merek Starbucks.
- Gara-gara Israel Bombardir Palestina, Begini Kondisi Starbucks & McDonald's di Mekkah
- Kena Boikot karena Beri Dukungan ke Israel, Saham Starbucks Terus Melemah
- Ternyata Ini Alasan Kenapa Harga Kopi Starbucks Mahal
- Intip Bintang Dua Polri Mendadak jadi 'Barista', Seru Kumpul Bareng Kawan di Warung Kopi
Starbucks dan kelompok buruh yang mewakili lebih dari 360 toko yang tergabung dalam serikat pekerja Amerika Serikat kemudian saling menuntut atas penggunaan nama dan logo perusahaan.
Starbucks mengatakan, masalah hukum ini puncaknya terjadi ketika serikat pekerja mewakili karyawannya mengunggah ulang di Twitter, padahal sebelumnya Twitter, yang menyerukan dukungan terhadap Palestina.
Dalam gugatan pelanggaran merek dagang yang diajukan pada hari Rabu, Starbucks menuduh serikat pekerja merusak reputasi merek tersebut.
Gugatan tersebut mencakup tangkapan layar dari unggahan yang dibagikan oleh halaman Starbucks Workers United di X dengan judul 'Solidaritas dengan Palestina!'.
Di dalamnya menunjukkan sebuah buldoser telah merobohkan sebagian pagar perbatasan di Gaza. Unggahan ulang tersebut kini tidak lagi muncul di halaman grup.
Gugatan Starbucks juga mencakup beberapa tangkapan layar unggahan pro-Palestina yang dibagikan oleh serikat pekerja lokal di Iowa City. Adapun unggahan yang dibagikan masih ada di halaman X lokal pada Kamis sore kemarin.
merdeka.com
Bahkan, gugatan Starbucks menyebut, pihaknya menerima telepon dari seseorang yang marah dan mengancam akan 'menutup' Seattle Starbucks Reserve Roastery.
Tak hanya itu, sebuah toko di Rhode Island dirusak dengan lukisan swastika di pintu depan dan Bintang Daud dilukis di pintu dan jendela luar.
"Starbucks menerima ratusan pengaduan dari pelanggan dan anggota masyarakat lainnya segera setelah kejadian tersebut, mengecam dan memilih Starbucks, bukan terdakwa, karena mendukung Hamas," bunyi gugatan tersebut.
Starbucks Workers United pun akhirnya menggugat balik ke pengadilan federal di Pennsylvania dan meminta agar diizinkan untuk terus menggunakan logo bulat Starbucks Workers United yang berwarna hijau. Serikat pekerja juga membantah mendukung kekerasan.
"Starbucks Workers United tidak membuat pernyataan apalagi beberapa pernyataan yang menganjurkan kekerasan, dan serikat pekerja juga tidak mengambil posisi yang mendukung kekerasan," bunyi gugatan serikat pekerja.
Selain itu serikat pekerja mengatakan, Starbucks tampaknya merujuk pada postingan tidak sah di akun Twitter milik serikat pekerja yang dihapus setelah 30-40 menit.
Pada 17 Oktober, Starbucks sempat menyampaikan pesan kepada karyawannya terkait konflik yang terjadi antara pasukan tentara Israel dengan Hamas.
"Starbucks dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan, dan kami sangat tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United, termasuk afiliasi lokalnya, pengurus serikat pekerja, dan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai anggota "Starbucks Workers United" - tidak satupun dari kelompok ini mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan, posisi, atau keyakinan perusahaan kita. Kata-kata dan tindakan mereka adalah milik mereka, dan mereka sendiri."