Suhu Panas Landa Indonesia, Mendag Putar Otak Cari Cara agar Harga Pangan Tak Meroket
Suhu Panas Landa Indonesia, Mendag Putar Otak Cari Cara agar Harga Pangan Tak Meroket
Kondisi suhu panas di Indonesia dikhawatirkan akan berdampak pada hasil produksi pangan. Dengan begitu, akan ikut mempengaruhi harga jual di pasaran.
Suhu Panas Landa Indonesia, Mendag Putar Otak Cari Cara agar Harga Pangan Tak Meroket
Suhu Panas Landa Indonesia, Mendag Putar Otak Cari Cara agar Harga Pangan Tak Meroket
Suhu panas melanda beberapa negara di Asia, termasuk juga Indonesia. Melihat fenomena ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan turut menyiapkan antisipasi.
Kondisi suhu panas di Indonesia dikhawatirkan akan berdampak pada hasil produksi pangan. Dengan begitu, akan ikut mempengaruhi harga jual di pasaran.
Mendag Zulkifli menegaskan, pihaknya terus memantau perkembangan yang ada. Termasuk menghitung dampaknya terhadap harga pangan dan sembilan bahan pokok (sembako) di tingkat konsumen.
"Di Filipina saya dengar sudah 45 derajat ya. Nah iya, kita kan sudah 34 (derajat celcius), biasanya kita 32 (derajat). Tentu semua kita hitung kita perhatikan agar sembako tersedia dan harganya stabil," kata Zulkifli di Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPHU) Rawa Kepiting, Jakarta Timur, Sabtu (4/5).
Pada sektor pangan, salah satu yang ketersediaannya dijamin pemerintah adalah beras. Mendag Zulkifli mengatakan adanya kuota 3,6 juta ton beras impor, tak lain untuk memastikan pasokannya tersedia.
Apalagi munculnya cuaca ekstrem imbas dari perubahan iklim disinyalir akan turut berdampak pada produksi beras nasional. Meski di sisi lain, pemerintah juga mengutamakan penyerapan beras dalam negeri.
"Ya maka kita garus siapkan dari jauh hari ya pemerintah sudah memutuskan impor beras kalau gak salah tahun ini 3,6 juta. Tentu itu untuk persiapan, karena ini ada perubahan iklim cuaca ekstrem," tegas dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan merupakan gelombang panas atau heatwave.
“Jika ditinjau secara karakteristik fenomena, maupun secara indikator statistik pengamatan suhu kita tidak termasuk ke dalam kategori heatwave, karena tidak memenuhi persyaratan sebagai gelombang panas,” kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Kamis (2/5/2024).
Ia menjelaskan, merujuk pada data rekapitulasi meteorologi BMKG selama 24 jam terakhir suhu sebagian besar wilayah Indonesia cukup meningkat sebesar lima derajat di atas suhu rata-rata maksimum harian, dan sudah bertahan sekitar lebih dari lima hari.