Suplai Minyak Terganggu Perang Hamas Vs Israel, Pemerintah Cari Negara Importir Baru
Perang antara Hamas versus Israel berpotensi menganggu stabilitas politik di kawasan Timur Tengah.
Perang antara Hamas versus Israel berpotensi menganggu stabilitas politik di kawasan Timur Tengah.
Suplai Minyak Terganggu Perang Hamas Vs Israel, Pemerintah Cari Negara Importir Baru
Pemerintah Cari Negara Importir Minyak Baru Akibat Perang Hamas-Israel
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) putar otak untuk mencari negara alternatif sumber impor minyak mentah.
Hal ini menyusul, perang antara Hamas dipihak Palestina versus Israel yang berpotensi menganggu stabilitas politik di kawasan Timur Tengah.
"Intinya terbuka mencari sumber minyak dari mana saja," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Kantornya, dikutip Selasa (17/10).
Tutuka mengakui, saat ini volume impor minyak terbesar ke Indonesia masih berasal dari Arab Saudi.
Kemudian, di susul oleh Nigeria dan sejumlah negara lainnya.
merdeka.com
"Sekarang kan kita impor minyak paling besar dari Arab Saudi dan Nigeria, banyak sih yang (negara) lain ada, tapi sebagian besar dari Saudi dan Nigeria," beber Tutuka.
Dia mengatakan, upaya pemerintah untuk mencari negara importir minyak mentah baru tersebut demi mengamankan pasokan BBM dalam negeri.
Mengingat, adanya potensi perluasan konflik Palestina vs Israel.
merdeka.com
"Kita buka ya (alternatif impor baru), kalau ada masalah ini kita ambil dari mana, tapi pasokan energi harus terpenuhi, energy priority harus terpenuhi dan dapat terjangkau oleh masyarakat," pungkasnya.
IMF Prediksi Harga Minyak Dunia Naik Tajam Akibat Perang Palestina Vs Israel
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan sederet dampak buruk perekonomian global imbas perang Israel versus Hamas.
Salah satunya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia.
"Perang Israel vs Hamas jika meluas mendorong kenaikan harga minyak sebesar 10 persen dan akan menyebabkan inflasi menjadi 0,4 poin persentase lebih tinggi setahun kemudian," kata Wakil Direktur Pelaksana IMF Gita Gopinath dalam sebuah wawancara di Bloomberg TV, melansir Taipei Times, Kamis (12/10).
Diketahui, negara-negara di kawasan Timur Tengah merupakan produsen penting minyak mentah bagi pasokan dunia.
Sehingga gelojak stabilitas politik akibat perang Israel vs Hamas berisiko dapat mengganggu produksi maupun distribusi.
Dalam skenario tersebut,
IMF memproyeksikan perekonomian global akan turun sebesar 0,15 poin persentase akibat dampak perang Israel dan Hamas.
Di sisi lain, kondisi inflasi dan pertumbuhan yang sudah sulit akan menjadi tantangan bagi bank sentral.