Survei: Aktivitas Pabrik di Asia Mandek Terpukul Perlambatan Ekonomi China
Melemahnya momentum ekonomi China memberikan pukulan baru bagi prospek pertumbuhan kawasan, dengan Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi pada Kamis (30/9) menunjukkan aktivitas pabrik negara itu secara tak terduga menyusut pada September karena pembatasan yang lebih luas pada penggunaan listrik.
Aktivitas manufaktur Asia secara luas mengalami stagnasi pada September. Ini dipicu penutupan pabrik yang disebabkan pandemi dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan China. Kondisi ini membebani ekonomi kawasan itu, survei menunjukkan pada Jumat.
Negara-negara di mana wabah besar varian Delta mereda mengalami peningkatan aktivitas, seperti Indonesia dan India.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Bagaimana PT Astra Agro Lestari Tbk mengembangkan industri perkebunan di Indonesia? Astra Agro Lestari Tbk (Perseroan) mulai mengembangkan industri perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.
-
Kapan puncak kejayaan industri kapuk di Jawa? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Di mana lokasi home industry produksi ekstasi dan pil koplo yang dibongkar? Polisi membongkar home industry yang memproduksi ekstasi dan pil koplo di Jalan Kertajaya Indah Timur IX Nomor 47, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya.
-
Bagaimana proses produksi sarung di pabrik tersebut? Seiring waktu, usaha tenun kecil ini terus berkembang. Kapasitas produksi dan jenis produk ditambah. Kini, selain memproduksi sarung tenun manual, pabrik ini juga membuat sarung tenun menggunakan Alat Tenun Mesin (ATM).
Tetapi, aktivitas pabrik pada September menyusut di Malaysia dan Vietnam, dan meningkat di Jepang pada tingkat paling lambat dalam tujuh bulan. Sebab, kekurangan chip dan gangguan pasokan menambah kesengsaraan kawasan yang masih berjuang untuk melepaskan diri dari dampak Covid-19.
Melemahnya momentum ekonomi China memberikan pukulan baru bagi prospek pertumbuhan kawasan, dengan Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi pada Kamis (30/9) menunjukkan aktivitas pabrik negara itu secara tak terduga menyusut pada September karena pembatasan yang lebih luas pada penggunaan listrik.
Sementara PMI Manufaktur Caixin/Markit swasta bernasib lebih baik dari pada yang diperkirakan setelah merosot pada Agustus, tanda-tanda pelemahan yang berkembang di ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengaburkan prospek negara-negara tetangga di Asia.
"Sementara pembatasan virus corona pada kegiatan ekonomi dapat secara bertahap dicabut, langkah lambat ini membuat ekonomi Asia Tenggara akan mandek selama sisa tahun ini," kata Makoto Saito, seorang ekonom di NLI Research Institute.
PMI Manufaktur final Jepang merosot menjadi 51,5 pada September dari 52,7 pada bulan sebelumnya, menandai laju ekspansi paling lambat sejak Februari. Produsen-produsen di ekonomi terbesar ketiga di dunia itu menghadapi tekanan dari pembatasan pandemi dan gangguan rantai pasokan yang meningkat serta kekurangan bahan baku dan penundaan pengiriman.
PMI Korea Selatan untuk September naik menjadi 52,4 dari 51,2 pada Agustus, dibantu oleh ekspansi produksi dan pesanan baru. PMI tetap di atas ambang batas 50 yang menunjukkan ekspansi aktivitas selama 12 bulan berturut-turut, tetapi gangguan rantai pasokan yang terus berlanjut merusak optimisme bisnis bagi para produsen.
Harapan di Indonesia
Aktivitas pabrik Taiwan terus berkembang tetapi pada laju paling lambat dalam lebih dari setahun. Indeks PMI Taiwan turun ke 54,7 pada September dari 58,5 pada Agustus, sementara Vietnam melihat indeks tidak berubah dari Agustus di 40,2.
Secercah harapan, PMI Indonesia naik menjadi 52,2 dari 43,7 pada Agustus, sedangkan untuk India meningkat menjadi 53,7 pada September dari 52,3 pada bulan sebelumnya.
"Sementara PMI regional menunjukkan bahwa gangguan dari gelombang virus besar di wilayah tersebut agak berkurang, pesanan yang tidak terpenuhi terus menumpuk, yang berarti bahwa kekurangan yang dihasilkan lebih lanjut di rantai pasokan akan tetap ada untuk beberapa waktu mendatang," kata Alex Holmes. ekonom Asia di Capital Economics.
(mdk/idr)